![]() |
| Pancasila |
Pada satu waktu, saya diundang dalam acara tertutup dengan
tema, "Sosialisasi Pancasila melalui media".
Saya termasuk yang diundang dengan beberapa teman media
sosial. Kami berbicara banyak hal, sebelum akhirnya masuk ke pokok pembicaraan.
Dari wakil pemerintah melaporkan bahwa mereka sudah
merumuskan beberapa program untuk sosialisasi Pancasila dan sudah mendapat
lampu hijau di stasiun TVRI.
Lampu hijau ??
Rasa frustasi yang meningkat selama beberapa waktu melihat
kondisi negara yang acakadut karena intimidasi ormas berbaju agama yang
bertujuan merubah dasar negara, membuat saya muntap.
Langsung saya mengangkat tangan dan minta bicara. Saya
genggam mic di depan dan suara saya keluar dengan bergetar.
"Pemerintah ini seperti tuan rumah yang lemah, yang
bahkan harus meminta ijin tamunya hanya untuk ke toilet saja.
Pemerintah butuh persetujuan stasiun televisi hanya untuk
sosialisasi Pancasila ?? Ini yang tuan rumah pemerintah atau stasiun
televisinya ??
Pancasila itu sudah final dan tidak perlu sosialisasi.
Pancasila itu doktrin dan doktrin adalah kewajiban negara untuk memasukkan ke
otak-otak generasi bangsa secara sistematis.
Musuh Pancasila dengan mudah menguasai stasiun televisi dan
mengubah pola pikir masyarakat awam dengan konsep khilafah.
Mereka mendoktrin masyarakat setiap hari, setiap menit, dan
Pancasila sebagai tuan rumah yang diinjak-injak, diganggu kewibawaannya dengan
malu-malu melakukan yang namanya sosialisasi ???
Tidak habis pikir saya. Yang punya frekwensi pemerintah.
Yang punya izin juga pemerintah...
Seharusnya untuk Pancasila, para stasiun televisi yang
menyewa frekwensi dan mengurus ijin, harus diberi kewajiban menyiarkan acara
Pancasila yang dibuat pemerintah secara berkala. Itu kewajiban yang harus
mereka lakukan, jika tidak, cabut ijin frekwensinya !
Meski bermasalah dengan pribadinya, itulah program terbaik
yang dilakukan zaman Soeharto dengan menguasai media di tangannya, bukan media
yang menguasai negara. Catat, ini masa siapa yang menguasai media, dialah yang
menang perang.
Pemerintah harus sudah memperbaiki sikapnya. Kita sudah
diinjak-injak sampai hampir rata dengan tanah..
Lihat, di banyak sekolah bahkan kepala sekolah pun
mengharamkan para guru dan murid menghormati bendera. Haram, katanya. Bukankah
itu berbahaya buat negara ??
Lihat di lembaga-lembaga negara. Siapa yang menguasai
lembaga-lembaga itu ? Mereka yang ingin mengubah Pancasila !!
Para Menteri boleh ganti, tapi dibawah Menteri mereka sudah
menanam ranjau sejak lama untuk secara sistematis menghalangi rencana
pemerintah melakukan tugas dan kewajibannya menjaga persatuan negara.
Coba cek saja Kominfo, badan strategis informasi itu sudah
puluhan tahun dikuasai sehingga loyo dan tidak punya daya, bahkan sekedar
memblokir situs pemecah belah ?? Apalagi berhadapan dengan stasiun televisi,
langsung pingsan karena banyaknya kirim surat teguran tapi gak dipandang
sebelah mata..
Negara ini darurat ideologi. Banyak orang rapuh dan labil
karena lemahnya negara yang sejak dulu dipingsankan. Di fase labil inilah
doktrin radikal terus dimasukkan ke otak mereka, jadi jangan heran ketika
mereka tumbuh dan menjadi pemuda yang haus darah, delusi dengan konsep khilafah
yang akan mengubah hidup mereka.
Apa pemerintah buta akan hal ini ? Atau hanya abai saja ?
Apa harus kita hancur dulu seperti Libya, Irak, Lebanon yang 15 tahun perang
saudara dan Suriah dulu baru kita sadar akan bahaya ? Apa harus begitu dulu
??"
Keluarlah semua uneg-uneg dalam dada dimuntahkan seperti
rentetan peluru sampai selongsongnya habis. Kusandarkan badanku ke kursi dan
kuseruput secangkir kopi untuk menenangkan gundahku akan nasib bangsa ini di
depan nanti.
Kutatap semua wajah yang hadir dan kukeluarkan peluru
terakhir.
"Apakah semua yang hadir disini tidak sadar bahwa
banyak anak-anak kita lebih hapal Mars Perindo daripada Pancasila???"
