![]() |
Dedi Mulyadi dan Agus Marsal |
Namanya Agus Marsal.
Ia dulu pernah ditangkap Densus
tahun 2012 karena terlibat jaringan teroris Purwakarta dan dijatuhi hukuman
penjara 4 tahun. Keluar dari penjara, ia dirangkul oleh bupati Purwakarta Dedi
Mulyadi. Kang Dedi sedang membangun sekolah ideologi, sekolah yang menanamkan
cinta kebangsaan dan tanah air.
Awalnya Agus takut karena ia
merasa tidak pantas untuk bicara kebangsaan, tapi ia terus diajak dan
diperkenalkan tentang indahnya Indonesia.
Ini adalah program deradikalisasi
yang dilakukan Purwakarta untuk mengembalikan para teroris kembali ke
kehidupannya. "Yang menjadi masalah adalah sesudah mereka keluar penjara,
siapa yang merangkulnya. Jika tidak dirangkul, ia akan kembali menjadi
teroris.."
Yayat Cahdiyat, teroris bom panci
yang kemarin ditembak Densus di Bandung, dulu sebenarnya pernah ingin
dirangkul. Sayangnya, ia keburu pindah ke Bandung. "Seandainya dia dulu
masih di Purwakarta, tentu ia tidak tewas seperti ini.."
Jawa Barat memang termasuk
pemasok teroris yang paling banyak. Belum dketahui apakah ini bagian dari kisah
lama pemberontakan DI/TII yang dipimpin Kartosuwiro di Jabar yang berencana
mendirikan negara Islam.
Tidak mudah mengembalikan
ideologi para teroris yang sekian lama dicuci otak dengan pemahaman bahwa
negara yang mereka tinggali adalah negara kafir karena menganut paham
demokrasi.
Tapi setidaknya apa yang
dilakukan Kang Dedi Mulyadi dengan programnya bisa menjadi acuan bahwa masih
ada peluang menjadikan mereka sebagai teman daripada menjadi musuh negara.
Pendekatan Kang Dedi Mulyadi
dengan mendatangi Agus Marsal ke rumah kecilnya saat ia pulang dari penjara dan
memberinya modal kerja 20 juta serta memberi tempat untuk berjualan adalah
pendekatan emosional yang bisa menyentuh sisi terdalamnya.
Agus Marsal sampai sekarang
tercatat sebagai pemberi materi di sekolah ideologi di Purwakarta. Ia kerap
menceritakan pengalamannya saat ia bergabung dengan kelompok teroris.
Ah, kenapa kita sering lupa bahwa
mereka juga adalah bagian dari kita? Saya harus angkat secangkir kopi untuk
kang Dedi Mulyadi dan warga Galia di Purwakarta yang bisa menerima mereka. Tidak salah jika saya memberi
label Purwakarta sebagai Laboratorium Toleransi. Seruput..