
Pada masa Orba, bang Iwan adalah
orang yang cerdik membungkus kritik sosialnya lewat lagu terhadap pemerintah.
Saya bilang cerdik, karena pada masa Soeharto siapa yang berani mengkritik
beliau ? Bisa hilang atau minimal susah hidupnya.
Lagu-lagu bang Iwan adalah potret
situasi pada masanya. Protes pada penggusuran dengan sewenang-wenang di lagu
"Bongkar" dan "Ujung Aspal pondok gede". Protes terhadap
korupsi dengan lagu "tikus kantor". Protes nasib guru dengan lagu
"Oemar Bakri" dan banyak lagi.
Selain irama lagunya yang enak
didengar, liriknya tajam dan menyayat tapi tetap sopan. Kalau gak sopan, bisa
gak beredar tuh lagu. Dan bang Iwan berhasil mengkombinasikan kritik dengan
situasi ditengah ganasnya rejim orde baru.
Lalu kemana bang Iwan sekarang?
Kenapa beliau tidak mengkritik pemerintah lagi? Bang Iwan Fals jelas sudah tua.
Produktifitasnya sudah jauh menurun. Dan yang pasti, ia sudah hidup dalam
kenyamanan. Seperti katanya dulu, "saya sekarang melihat kemiskinan dari
balik jendela mobil". Salahkah ia? Tentu tidak, karena itu sangat
manusiawi. Dan seharusnya beban itu diteruskan ke generasi muda sekarang, bukan
di pundaknya lagi. Masanya sudah berbeda.
Dan yang saya kagum, bang Iwan
tetap konsisten pada akal sehatnya.
Ia sekarang sudah lebih religius, tetapi tidak sibuk bersorban. Ia jelas tidak setuju dengan penggunaan agama
sebagai senjata politik seperti yang banyak digunakan orang. Ia pendukung
pemerintah sekarang, karena buatnya semua sudah berjalan dengan bagus sesuai
apa yang dulu diimpikannya ,lalu buat apa di protes? Biarkan semua berjalan
sesuai tracknya.
Bang Iwan tidak konsisten?
Justru bang Iwan akan tidak
konsisten ketika ia masih juga mengkritik apa yang sudah benar, bukannya malah
mendukungnya. Bang Iwan akan sangat tidak konsisten ketika ia berada di
belakang orang-orang dengan pemikiran yang dulu di lawannya. Bang Iwan sekarang
dengan konsisten berharap negara ini satu saat akan besar karena dipimpin
orang-orang yang benar.
Dan dari beliaulah sebenarnya
saya belajar.
Saya belajar merangkai kata dari
liriknya yang kuat, tajam dan menyayat. Saya belajar menggunakan kewarasan dari
konsistensinya ia pada akal sehat. Saya belajar kejujuran dari apa yang ia
teriakkan.
Bang Iwan pasti seperti saya,
sulit mengkhianati nurani sendiri. Netral adalah kebodohan ketika banyak
kesalahan. Mendukung orang-orang yang benar adalah keharusan ,karena kata Imam
Ali as, "Kezaliman terjadi bukan karena banyaknya orang-orang jahat,
tetapi karena diamnya orang-orang baik.." dan saya tidak mau menjadi orang
yang diam karena bersuara itu adalah pertanggung-jawaban.
Kalau bang Iwan Fals berteriak
lewat lagu, saya menghentak lewat tulisan. Mungkin satu waktu saya akan
berkunjung padanya sambil membawakan secangkir kopi dan kami akan seruput
bersama.
Kebetulan kami sama-sama penggemar
kopi sachetan. Meski ada perbedaan mendasar, kalau saya keluar uang untuk beli
sesachet, bang Iwan dapat uang karena promosi sesachet.
Awas ko ya bang... Kapan-kapan
aku pun bisa dapat uang dari kopi sachetan. Seruputtt...