![]() |
Suriah Kecil itu bernama Indonesia |
Perhatikan. "Akan datang
suatu masa yang menimpa manusia; tidak ada Islam kecuali tinggal namanya saja,
tidak ada Al Qur’an kecuali tinggal tulisannya saja. Masjid-masjid mewah tetapi
kosong dari petunjuk, serta ulama-ulamanya adalah orang yang paling jahat yang
berada di bawah langit …” (HR. Al Baihaqi)
Melihat Indonesia sekarang, saya
sudah bisa membayangkan apa yang terjadi pada Suriah ketika awal-awal perang.
Suriah -negeri plural tempat
tinggal berbagai macam agama dan kepercayaan hidup berdampingan dengan damai-
akhirnya runtuh karena masyarakatnya terpengaruh isu sektarian.
Suriah yang persenjataan dan
keamanannya begitu kuat -karena itu warga Palestina sering minta perlindungan
kepada mereka- dihancurkan dari dalam. Warga Suriah ternyata rentan dengan isu
provokasi yang mengangkat agama sebagai senjata penghancur massal.
Situasi awal hancurnya Suriah,
persis seperti yang digambarkan hadis akhir zaman diatas. Masjid-masjid di
Suriah tumbuh dengan pesat. Provokasi melalui masjid, menjadikan masjid bukan
lagi menjadi tempat yang meneduhkan, melainkan sumber angkara murka.
Islam yang pada awalnya
diturunkan sebagai agama rahmat bagi semesta alam, dibelokkan menjadi agama
yang menakutkan. Itulah yang dimaksudkan "Islam hanya tinggal namanya
saja".
Teriakan Allah Maha Besar
dimana-mana, tetapi bukan dalam rangka takjub akan kebesaran Tuhan. Nama Tuhan
menjadi identik dengan bahasa perang. Yang terjadi akhirnya pelecehan terhadap
kata "AllahuAkbar" menjadi Ahmad Albar dan segala macam. Islam
tinggal nama, tetapi kosong dengan keilmuan.
Para pembaca Alquran banyak.
Mereka dilahirkan dan dididik sebagai penghafal. Bacaan mereka bagus dengan
suara merdu mendayu.Tapi sedikitpun mereka tidak paham makna dan tujuan dari
ayat-ayatnya. Akhirnya tafsir kalimat dalam Alquran dipelintir habis demi
kepentingan satu golongan.
Dibelokkan sesuai keinginan pemesan.
Itulah yang dimaksud
"Alquran tinggal tulisannya saja". Kering akan pesan yang bermanfaat. Masjid kosong akan petunjuk,
karena di dalamnya sudah sulit menemukan penunjuk arah yang benar.
Masjid-masjid dipenuhi nafsu yang jauh dari petunjuk Alquran, malah berfungsi
sebagai basecamp perang yang hanya melindungi golongan mereka saja.
Dan dari "Islam yang tinggal
namanya saja", juga "Alquran yang tinggal tulisannya saja", lalu
"Masjid yang kosong dari petunjuk", maka lahirlah "ulama-ulama
jahat" bahkan paling jahat di kaki langit.
Kenapa disebut paling jahat?
Karena dari merekalah lahir pemikiran-pemikiran radikal yang diamini oleh
banyak pengikutnya.
Ulama-ulama yang berpihak pada
penguasa. Yang dimaksud penguasa disini bukan hanya pemerintahan, karena pada
masa Islam ada pemerintahan yang benar. Tetapi penguasa yang punya tujuan
sangat jahat, untuk memporak-porandakan satu wilayah demi nafsu berkuasanya.
Dan seharusnya mata kita terbuka
akibat dari kejadian itu semua melalui contoh di Suriah. Tuhan masih sayang
pada negeri kita, karena peristiwa Suriah-lah yang menjadi guru kita, bukan
kita yang menjadi contoh dari banyak negara.
Saya selalu memohon perlindungan
kepada Tuhan supaya Indonesia dijauhkan dari semua hal tentang kekejian yang
terjadi di Suriah.
Tapi yang saya takutkan, demi
bisa memisahkan mana benar dan mana salah, Tuhan bisa saja memberi kita
pelajaran dalam bentuk kejadian yang sama supaya kita paham. Hanya supaya kita
paham saja.
Setiap kali ditanya, "apa
ada kemungkinan kita bentrok fisik seperti apa yang terjadi di Suriah..",
selalu kopi saya mendadak begitu pahit untuk di seruput. Kemungkinan itu ada...
dan sangat besar.