![]() |
Ahok |
"Kamu bayangkan seandainya
Ahok menang..." Kata temanku datar.
Aku meresapi aroma kopiku siang
ini. Menangisi kekalahan akal sehat yang terintimidasi oleh politisasi ayat dan
mayat. Betapa sulitnya menjadi waras ditengah semua kegilaan ini.
"Sesudah Ahok diumumkan
menang, ia diputuskan tidak bersalah oleh pengadilan.." Temanku
melanjutkan. "Yang terjadi adalah ada alasan bagi lawan politik untuk
melancarkan serangan demo berturut-turut yang akan mengguncangkan
pemerintahan.."
Kepalaku terangkat tertarik
mengikuti pemikiran temanku ini. Kucecap kopi yang sudah mendingin di
hadapanku.
"Demo besar itu akan terus
dibesarkan skalanya, dengan dana yang dikucurkan dari luar karena kepentingan
mereka terganggu. Freeport misalnya.
Isunya adalah People Power.
Rakyat menghendaki pemimpin muslim karena sesuai perintah Tuhan. Rakyat yang
masih awam dan belum terpelajar, akan turun ke jalan dengan alasan membela ayat
Tuhan.
Isu ini akan membesar dan rakyat
yang turun ke jalan semakin banyak, dari mana-mana dengan kemudahan
transportasi yang sudah dibayarkan oleh pelaksana.
Ekonomi jelas terganggu dan
investasi terhambat. Yang terjadi dana dari dalam negeri kembali terbang
keluar. Rupiah jatuh drastis dan ratusan miliar rupiah habis hanya untuk biaya
pengamanan..
Pada momen tertentu, tentara ikut
bergerak. Isunya adalah tentara pecah. Tentara akan mengamankan "amanat
rakyat". Presiden dipaksa turun dan keluar dari istana, persis kejadian
2001 saat GusDur harus berpisah dari jabatan.
Dan Presiden pasti akan melakukan
hal yang sama, mengingat karakternya yang tidak ingin ada perpecahan. Akhirnya
ia turun dan terjadi perpecahan pula di parlemen...
Rakyat di wilayah Tinur yang
mayoritas Kristen akan berontak pula karena merasa terjadi cacat dalam
demokrasi. Mereka akan menindas muslim minoritas dan mengumumkan tuntutan
pemisahan diri dari NKRI. Situasi jauh lebih rumit dari yang diperkirakan.
Bisa saja terjadi benturan
akhirnya dengan kekerasan dimana-mana. Akhirnya keadaan darurat diberlakukan
dan pasukan keamanan internasional turun dan ikut campur dalam masalah dalam
negeri..."
Aku terbelalak mendengarkan
prediksi temanku yang begitu liar. Sebuah kemungkinan yang bisa dibilang kecil
tetapi kemungkinan tetaplah kemungkinan. Apapun bisa terjadi, terutama ketika
melihat apa yang sudah pernah ada melalui demo angka berangka sebelumnya.
"Masyarakat kita belum bisa
menerima perbedaan. Terlalu prematur ketika sesuatu yang belum matang
dipaksakan keluar. Perpecahan bisa terjadi dengan menunggangi isu sensitif yang
terus dipertajam.
Dan mereka yang dulu berkuasa
selama puluhan tahun akan keluar dan menjadi pahlawan. Saling gandengan tangan
dengan politikus, pejabat dan tentara hitam yang haus kekuasaan. Dan kita
kembali memasuki masa kegelapan.."
Kuseruput kopiku dan kubakar
rokok yang tinggal sebatang. "Jangan remehkan sekelompok orang bodoh dalam
jumlah besar" kata seseorang.
Kita ternyata masih belum matang
dan perlu waktu yang lebih lama untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan dan
persamaan hak sebagai anak bangsa.
Tuhan punya rencana lain.
"Barang" itu sengaja dilepas untuk menjaga stabilitas. Ada hal yang
belum tuntas dan perlu perbaikan disana sini sebelum masuk pada wilayah
kesadaran.
Aku mulai tersenyum. Terkadang
banyak hal yang tidak terpikirkan keluar dari kegelisahan. Kuhirup secangkir kopi yang pahit
tetapi di pahit itulah sebenarnya sumber kenikmatan.