![]() |
Gatot Nurmantyo |
Lewat di beranda saya, banyak
sekali pertanyaan tentang sikap Panglima TNI dalam wawancara dengan Rosi di
Kompas TV.
Ada dua kubu yang berbeda
pendapat. Satu dari kaum bumi bulat, yang memandang bahwa Panglima bersikap
abu-abu bahkan condong membela gerakan aksi massa yang terjadi. Sedangkan satu
dari kaum bumi datar yang merasa bahwa Panglima TNI berada di pihak mereka, dan
semakin ganas lah mereka tereak dengan kebanggaan sebagai mayoritas.
Saya putar ulang video wawancara
itu sebelum akhirnya membuat kesimpulan sendiri..
Jika saya berada pada posisi
Panglima TNI, mungkin saya akan membuat keputusan yang sama dengan beliau...
Situasi gerakan massa yang -kita
tahu- dikoordinir dengan sistematis, membuat opini publik terpecah dua, antara
pro dan kontra. Dan saya -sebagai warga masyarakat- termasuk yang kontra.
Tetapi tidak bisa begitu jika
saya berada pada posisi Panglima TNI...
Sebagai Panglima, tugas saya
jelas adalah mengamankan negara dan Presiden sebagai simbol negara. Karena jika
simbol ini rusak, maka rusak semualah proses demokrasi kita.
Dan untuk itu, saya harus terjun
langsung ke lapangan memantau situasi yang terjadi. Saya melihat bahwa gerakan
ini sangat berbahaya, jika ujungnya langsung disumbat. Ibarat pipa yg sedang
mengalirkan air dengan deras-derasnya, pipa bisa pecah karena tekanan ketika
ujung saluran mendadak disumbat..
Karena itu cara yang terbaik
adalah membuat pipa baru dan menyambungkannya, lalu mengarahkan aliran air
deras itu ke tempat aman.
Begitulah yang dilakukan Panglima
TNI saat ini melalui proses apa yang dia namakan "Komunikasi". Supaya
tekanan itu mencair. Panglima melakukan komunikasi dengan gaya berbicara
seperti mereka, memakai aksesoris seperti mereka, supaya diterima menjadi
bagian dari mereka. Dan ketika Panglima sudah menjadi bagian dari mereka, maka
proses komunikasi pun menjadi mudah.
Panglima akan lebih mudah
mengarahkan tekanan massa ini ke tempat yang lebih aman melalui persahabatan
dengan mereka. Itulah tugas utama yang dilakukan Panglima TNI dengan
jajarannya..
Sedangkan untuk masalah hukum,
itu sudah bukan urusan Panglima karena disana ada Polri. Panglima hanya menahan
gerakan supaya tidak membesar dan pecah, sambil memberi kesempatan Polri
menuntaskan tugasnya.
Akibatnya memang buruk bagi
Panglima. Ia dituding berada di pihak yang kontra dengan pemerintah. Dan ia
harus menelan semua tudingan itu, karena tujuan utamanya adalah mengamankan
negara.
Tudingan ini diperkeruh dengan
catatan dari Allan Nairn yang bercerita bahwa ada "gerakan" di TNI
sendiri untuk melakukan kudeta.
Catatan Allan Nairn -yang
merupakan opini pribadinya dia- membuat situasi semakin terbelah dua
berdasarkan opini publik, yaitu kubu TNI dan kubu Polri. Entah ini bagian dr
skenario untuk semakin membelah kita, hanya Allan Naim dan Tuhan yang tahu
maksudnya.
Pada dasarnya sulit sekali bagi
Panglima TNI untuk ikut "makar" bersama kelompok radikal. Karena
pertanggung-jawabannya besar dan tidak mudah. Iya kalau berhasil, tapi kalau
gagal? Beliau bisa dihukum mati.
Karena itu saya percaya bahwa
Panglima TNI pun sedang berjuang dengan caranya sendiri untuk mengamankan
negara kita. Langkah-langkahnya mungkin tidak banyak diterima oleh banyak
pihak, tetapi itulah langkah yang terbaik untuk saat ini.
Kalau saya istilahkan apa yang
dilakukan Panglima TNI saat ini adalah berselancar diatas gelombang besar.
Daripada dihadapi dengan resiko yang besar, main selancar aja diatasnya..
Adapun jika itu dikaitkan dengan
safari politik Panglima menuju 2019 nanti, kenapa tidak boleh? Sah-sah saja,
toh manusia punya kehendak sendiri asal sesuai konstitusi.
Jadi, mari kita seruput kopi
sambil terus memantau perkembangan situasi sekarang ini. Saya malah melihat
cara pemerintah sudah berhasil. Buktinya aksi demo sekarang sudah kempes pes
pessss.
Bertindak bukan hanya memukul,
tetapi juga merangkul. Yang provokatif di antara massa cuman beberapa orang
saja, sedangkan mayoritas lainnya adalah orang awam yang tidak tahu apa-apa,
hanya semangat aja..
Tonton video ini untuk yang punya
kuota. Yang ga punya, beli yaaa.. Semoga kapal besar bernama Indonesia ini,
selamat sampai di tujuan ya Panglima.