![]() |
Mario |
Saya sendiri baru tahu artinya
"persekusi".
Yaitu perburuan sewenang-wenang
terhadap seseorang atau sejumlah warga untuk disakiti. Itu menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia.
Itulah yang dilakukan FPI dan
rekan-rekannya sekarang. Mereka memburu beberapa warga yang berbeda pandangan
dengan mereka terutama pada masalah Habib Rizieq yang memang sekarang menjadi
bulan-bulan sesudah menjadi tersangka chat porno.
Perbuatan arogan ini
disosialisasikan kemana-kemana di dalam jaringan mereka. Mereka bahkan sudah
menyusun daftar siapa saja yang harus dikunjungi dan diintimidasi.
Saya untungnya tidak masuk dalam
daftar itu, karena mereka sadar bahwa saya punya ilmu langit yang tidak main-main.
Baru saja mereka meluncurkan pengumuman 720 pengacara untuk mengintimidasi
saya, besoknya -jreeeng- HRS jadi tersangka.
Apalagi ada isu bahwa mata saya
bisa mengeluarkan api kalau marah dan tubuh membesar menjadi hijau lalu
memporak-porandakan mereka. Cuman saya jarang pake ilmu ala Hulk ini, karena
sudah kehabisan banyak celana.
INTIMIDASI, itulah yang bisa
mereka lakukan sekarang ini. Sesudah berhasilnya mereka dalam
"memenjarakan" Ahok dan seorang dokter di Balikpapan, mereka
menganggap bahwa itu cara yang terbaik dalam melawan dan menguasai media
sosial.
Apalagi dalam kasus dr FieraLovita di Solok, kelompok intoleran pendukung HRS ini seperti didukung oleh
pemerintah dan aparat daerah yang dengan bahasa malu-malu kambing mengatakan
bahwa "intimidasi itu hoax". Makin jumawa-lah mereka..
Sayangnya, perlakuan mereka
mendapat perlawanan dari masyarakat. Viralnya pesan dr Fiera Lovita dan video
intimidasi terhadap anak usia 15 tahun, membuat aparat pun jengah. Mereka lalu
bergerak mengamankan pelaku intimidasi untuk mendapatkan kembali kepercayaan
dan rasa aman dari masyarakat.
Hal ini juga tidak terlepas dari
koordinasi antara GP Ansor dan pihak kepolisian. Perilaku main hakim sendiri
ini dinilai membuat masyarakat resah. Apalagi ditambah tayangan menampar dan
memukul terhadap seorang anak yang masih berusia 15 tahun.
Dari perilaku mereka, kita sadar
ada yang berbahaya ketika model peng-intimidasi kelak menguasai negeri ini
nanti. Mereka akan menghakimi sendiri apa yang tidak mereka sukai.
Saya jadi teringat kejadian di
Mesir ketika Mohammad Morsy dari Ikhwanul Muslimin menjadi Presiden. Serentak
para pendukungnya melakukan persekusi dan intimidasi kepada mereka yang
berseberangan dengan mereka. Bahkan ada seorang kepala keagamaan yang diseret
dan dipukuli sampai mati hanya karena mereka tidak menyukai cara berceramahnya yang
memerahkan telinga mereka.
Dari peristiwa ini, kita sudah
mulai harus bisa mengidentifikasi siapa yang kita pilih di 2019 nanti. Jangan
sampai mereka menguasai negeri ini melalui pemimpin yang terpilih. Bisa mengerikan
dampak yang kita dapati.
Dan cara mengidentifikasi yang
benar adalah, siapapun calon pemimpin yang mendapat dukungan dari kelompok
intoleran, wajib untuk tidak dipilih. Sekian, saya permisi mau minum kopi..