![]() |
Afi Nihaya |
Iseng-iseng kebaca tulisan bahwa
adek kita Afi dituding melakukan plagiat karena mengkopi tulisan lama seseorang
bernama Mita.
Sebenarnya itu kasus remeh temeh
aja, saya juga gak tau kenapa itu bisa sampe booming -sampe berdebat segala-
dan akhirnya dek Afi nangis deh di pelukan bapaknya waktu di tanya lagi,
"Apakah adek benar melakukan plagiat?".
Sejak awal saya khawatir dengan
melesatnya dek Afi terlalu tinggi. Sejak tulisannya berjudul "Warisan"
di share puluhan ribu orang (bukan jutaan ya spt klaim biasa dr kaum seberang
selokan), dek Afi seperti mendapat perhatian berlebih dari banyak orang.
Dan dek Afi memenuhi banyak
syarat bagi kita sebagai penonton sinetron siang malam, untuk dieksploitasi
semaksimal mungkin. Ia wanita, ia pintar menulis dan ia baru lulus SMA.
"Baru lulus SMA" nya itu nilai plus, soalnya kalo udah bangkotan
kayak mas Eko Kuntadhi ya gak laku dijual..
Saya jujur sempat khawatir dengan
mentalnya..
Kita ini terbiasa makan buah
peraman, yang dipaksa matang supaya cepat dijual. Dan dek Afi ini didorong,
digiring, diangkat keatas oleh banyak media yang tidak ingin ketinggalan meraup
rating dengan menghadirkan fenomena "orang yang lagi terkenal".
Maka muncullah dek Afi
dimana-mana, bahkan sampai ke telinga lingkar satu Presiden yang ingin
memanfaatkannya untuk mendongkrak kembali nama Presiden yang sebelumnya sempat
turun elektabilitasnya..
Dan karena sudah begitu tinggi,
ketika ia disentil sedikit, "Apakah benar dek Afi melakukan plagiat?"
maka tumpahlah tangisnya di pelukan sang ayah yang terus mendampinginya
kemana-mana. Baru terlihat bahwa ia sebenarnya fragile, mudah pecah.
Mentalnya belum siap menghadapi
permainan lawan yang ingin menghancurkannya sampai lumat, yang menyerangnya
dari segala sisi untuk mencari kelemahannya.
Ia belum berpengalaman seperti
Birgaldo Sinaga yang kerap dihujat gay padahal ia lelaki tulen (maaf bro, ini
serangan lawan). Dek Afi juga belum terbiasa seperti Ustad Abu Janda
al-Boliwudi yang biasa di sebut sebagai ustad gadungan, padahal yang bilang abu
janda ustad beneran juga siapa ye?
Sayangnya dari ke 3 lelaki yang
saya sebut diatas, meskipun tulisannya terkenal kemana-kemana belum ada yang di
undang bertemu Presiden khusus seperti dek Afi (qiqiqi nasibmu prens..).
Saya paham kenapa Presiden gak
mau ngundang mereka, wong kalau saya jadi Presiden juga males liat wajah mereka
yang sok unyu-unyu tapi sebenarnya ganas ketika melihat janda-janda muda.
Jadi saran saya, biarkanlah dek
Afi sendiri dulu sambil berlatih menghadapi serangan-serangan musuh dalam skala
kecil sehingga ia terbiasa. Jangan ia diangkat terlalu tinggi sehingga ketika
jatuh, sakit sekali.
Dek Afi, sudah harus terbiasa
dituduh Syiah, JIL ,liberal - bahkan sampe taraf dianggap mahluk mengerikan
sehingga kalau ketemu muka layak dibacakan ayat pengusir setan. Kalau sudah
terbiasa dengan itu, dek Afi pasti sudah ketawa-ketawa membaca
tudingan-tudingan seperti itu. Anggap saja seperti duduk ditaman. Ada suara
jangkrik, ada suara angin dan banyak juga suara monyet-monyet bersautan.
Jadi dek Afi, tidak perlu terlalu
serius menanggapi tudingan plagiat itu. Seorang penulis sejati akan terus
menulis semua keresahannya dan tidak akan kehilangan arah meski betapa kuat
tekanannya. Tulisanku juga sering di copas dimana-mana, tapi tidak pernah marah
karena ketika "kata-kata sudah keluar dari lidah, maka ia sudah bukan
milikmu lagi".
Bahkan ada yang aneh. Aku
dimarahi oleh seseorang lewat komen, pake tulisanku sendiri. Seperti ditabok
orang pake sendal sendiri..
Jadi turunlah sejenak dek Afi,
angin diatas begitu kencang. Jangan sampai ketenaran menghancurkan kualitas
karya-karyamu selanjutnya.
Para generasi milenial
membutuhkan seorang patron dalam kehidupan mereka, dan dek Afi bisa menjadi
inspirator mereka.
Dengan catatan, asal dek Afi
kuat. Apalagi kalau nanti ada 720 pengacara serentak menyerangmu. Kalau sudah sepaham, angkat
secangkir susu kental manisnya, dek.. jangan minum kopi dulu, entar kayak abang
jadi manis selalu.