![]() |
Ketahuilah, seluruh kebaikan itu bermuara pada shalat |
"Bolehkah aku tidak
beribadah?".
Ketahuilah, seluruh kebaikan itu bermuara pada shalat
Tanya seorang teman melalui
inbox. Pertanyaan yang singkat dan sangat sederhana. Hadir dari ketidak-pahaman
sebab dan akibat kehidupan. Kebutaan yang melanda hampir semua orang di hutan
belantara yang bernama dunia..
Aku menulis..
"Sangat boleh. Manusia
bahkan tidak perlu beribadah seumur hidupnya. Tidak mempercayai keberadaan-Nya
juga tidak mengapa. Karena Ia ada sebelum semua ada. Karena Ia tidak akan
tiada, jikapun seluruh alam semesta ini meniadakanNya..
Tetapi bagaimana seluruh alam ini
bisa bergerak teratur dan presisi tanpa keberadaanNya?". Aku terdiam sejenak, menyalakan
sebatang rokokku dan menyeruput secangkir kopi yang sudah dingin sejak tadi.
Ingin memanaskannya lagi sudah tidak ada hati.
Kulanjutkan..
"Tuhan adalah pusat dari
segala kebaikan. Kejahatan adalah ketiadaanNya. Bukan Ia tiada, tetapi kita
yang meniadakanNya.
Maka Ia memerintahkan seluruh
alam untuk beribadah kepadaNya. Bukan karena Ia butuh disembah, tetapi supaya
semua berotasi pada kebaikan sesuai pancaran diriNya.
Dengan berpusat pada diriNya,
maka semua akan bergerak dalam keteraturan. Dan ketika semua teratur, maka
tidak ada yang namanya ketidak-seimbangan yang memunculkan gesekan yang
membahayakan ciptaanNya.."
Sudah semakin malam dan matapun
mulai lelah karena aktifitas sejak siang. Kutuntaskan bait terakhir dalam
tulisanku. Bukan untuk menjawab yang bertanya, tetapi untuk menasehati diriku
sendiri.
"Maka kita akan memahami,
bahwa ibadah itu bukan untukNya, tetapi untuk keselamatan kita sendiri. Ketika
kita menjauh dari sumber segala kebaikan, maka akan terjadi ketidak-seimbangan
dalam diri. Jiwa yang tidak stabil memunculkan perilaku labil.
Dan tanpa mampu dihindari, semua
gerak kehidupan kita menjadi salah. Kesalahan pertama memunculkan kesalahan
kedua dan seterusnya, sampai kita berada pada puncak kesalahan yang
menghasilkan kehancuran fisik dan mental.."
Kuhabiskan secangkir kopi dan
meneruskan kalimat terakhir sebagai pengingat diriku..
"Bahkan pada saat kita
berada pada kehancuran diri yang kita sebabkan sendiri, Tuhan masih saja
menarik kita untuk kembali berada pada pusaranNya. Sungguh Ia Maha Pengasih dan
Maha Penyayang.."
Malam semakin larut..
"Ketahuilah, seluruh
kebaikan itu bermuara pada shalat.." Imam Ali asENGKAU TIDAK PERLU BERIBADAH..
"Bolehkah aku tidak
beribadah ?"
Tanya seorang teman melalui
inbox. Pertanyaan yang singkat dan sangat sederhana. Hadir dari ketidak-pahaman
sebab dan akibat kehidupan. Kebutaan yang melanda hampir semua orang di hutan
belantara yang bernama dunia..
Aku menulis..
"Sangat boleh. Manusia
bahkan tidak perlu beribadah seumur hidupnya. Tidak mempercayai keberadaan-Nya
juga tidak mengapa. Karena Ia ada sebelum semua ada. Karena Ia tidak akan
tiada, jikapun seluruh alam semesta ini meniadakanNya..
Tetapi bagaimana seluruh alam ini
bisa bergerak teratur dan presisi tanpa keberadaanNya?". Aku terdiam sejenak, menyalakan
sebatang rokokku dan menyeruput secangkir kopi yang sudah dingin sejak tadi.
Ingin memanaskannya lagi sudah tidak ada hati.
Kulanjutkan..
"Tuhan adalah pusat dari
segala kebaikan. Kejahatan adalah ketiadaanNya. Bukan Ia tiada, tetapi kita
yang meniadakanNya.
Maka Ia memerintahkan seluruh
alam untuk beribadah kepadaNya. Bukan karena Ia butuh disembah, tetapi supaya
semua berotasi pada kebaikan sesuai pancaran diriNya.
Dengan berpusat pada diriNya,
maka semua akan bergerak dalam keteraturan. Dan ketika semua teratur, maka
tidak ada yang namanya ketidak-seimbangan yang memunculkan gesekan yang
membahayakan ciptaanNya.."
Sudah semakin malam dan matapun
mulai lelah karena aktifitas sejak siang. Kutuntaskan bait terakhir dalam
tulisanku. Bukan untuk menjawab yang bertanya, tetapi untuk menasehati diriku
sendiri.
"Maka kita akan memahami,
bahwa ibadah itu bukan untukNya, tetapi untuk keselamatan kita sendiri. Ketika
kita menjauh dari sumber segala kebaikan, maka akan terjadi ketidak-seimbangan
dalam diri. Jiwa yang tidak stabil memunculkan perilaku labil.
Dan tanpa mampu dihindari, semua
gerak kehidupan kita menjadi salah. Kesalahan pertama memunculkan kesalahan
kedua dan seterusnya, sampai kita berada pada puncak kesalahan yang
menghasilkan kehancuran fisik dan mental.."
Kuhabiskan secangkir kopi dan
meneruskan kalimat terakhir sebagai pengingat diriku..
"Bahkan pada saat kita
berada pada kehancuran diri yang kita sebabkan sendiri, Tuhan masih saja
menarik kita untuk kembali berada pada pusaranNya. Sungguh Ia Maha Pengasih dan
Maha Penyayang.."
Malam semakin larut..
"Ketahuilah, seluruh
kebaikan itu bermuara pada shalat.." Imam Ali as