![]() |
Bendera HTI diatas Merah Putih |
Apa yang tertinggal dari reuni
212 di Monas barusan? Tidak ada. Selain kebanggaan semu yang hilang bersama capek,
masuk angin sampe kentut- kentutan.
Misi yang niatnya ingin
menjatuhkan nama Jokowi dengan tekanan massa dan tudingan "kriminalisasi
ulama", asli gagal total. Uang 4 milyar rupiah -kalau benar 4 milyar-
terbuang percuma. Mubajir.
Disaat saudara-saudara kita di
Bali, di Jateng dan beberapa daerah lain membutuhkan bantuan akibat bencana
alam, ada kelompok yang buang-buang uang hanya supaya eksis dan keliatan besar.
Mungkin itu maksud tersembunyi
Tuhan.
Satu sisi dihadirkan bencana,
sisi lain membuka borok orang-orang yang mengatas-namakan agama tapi tidak
sedikitpun punya kepedulian terhadap sesama. Dalam otak mereka hanya ada
politik dan politik. Lain tidak ada.
Orang-orang yang berkumpul di Monas
itu juga yang teriak-teriak "Save Rohingya!!" sebuah negeri nun jauh
disana. Tapi tidak berniat sedikitpun membantu saudara sebangsa ketika mereka
sedang benar-benar kesulitan. Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, semut
dalam celana berasa..
Berapa yang bisa dihasilkan dengan
uang 4 milyar rupiah itu?
Beras ratusan ton. Ribuan
selimut. Ribuan kardus Indomie. Ribuan lusin pakaian. Bahkan bisa membangun
ratusan rumah sementara supaya para pengungsi yang kebanjiran, rumahnya kena
longsor sampai para pengungsi, bisa menetap sejenak.
Tapi mereka berpikir kesana pun
tidak. Malah memamerkan uang di media sosial, sebagai pernyataan bahwa mereka
datang dengan tidak dibayar. Apa yang mau mereka ceritakan kepada anak cucu
mereka nanti? Bahwa bapak dan ibu dulu pernah ada di Monas sambil kepanasan?
baca 212 KODE BUNTUT
Benarlah apa yang dikatakan
Alquran kepada umat 212 itu, "Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadarinya."
Mereka seolah membela agama, tapi tidak sadar bahwa mereka telah merusaknya
dengan tidak membantu sesama.
Karena malu bahwa aksi itu gagal
total, propaganda melalui media sosial pun berkibar. "Yang datang 7,5 juta
orang!" Teriak mereka. Harus teriak begitu supaya donatur tidak kecewa,
meski donatur juga gak bego-bego amat untuk tidak tahu apa-apa.
Kasian sebenarnya melihat saudara-saudaraku seiman itu. Mereka diperbudak oleh kepentingan sesaat para arogansi
berbaju gamis yang punya syahwat berkuasa jika ada kesempatan.
Mending kalian minum kopi sama
saya sini, sambil bercerita tentang indahnya ajaran Nabi Muhammad dulu di masa
arab jahiliyah yang membuat para pembencinya pun takluk dan kemudian ikut dalam
barisan karena kecintaan akan ahlak beliau, bukan karena beliau suka koar-koar
menghujat sana-sini dengan bahasa kasar.
Jadi gimana nih? Kopinya mau
diseruput atau di minum pake sedotan?