![]() |
Abdul Somad |
Benarkah memperingati hari ibu
itu tradisi kafir? Itu pertanyaan dari seorang teman ketika mendengar ceramah
Abdul Somad di youtube bahwa peringatan hari ibu tanggal 22 Desember itu adalah
tradisi orang kafir.
Benarkah? Mari kita lihat sejarah
dulu...
Mengutip dari laman tirto.id,
peringatan hari ibu di masing2 negara ternyata berbeda. Hari Ibu di Amerika
Serikat (AS) jatuh pada minggu kedua bulan Mei, jadi bukan bulan Desember.
Di Inggris, Hari Ibu dikenal sebagai
Mothering Sunday, dan selalu jatuh pada hari Minggu keempat Prapaskah -
biasanya pada akhir Maret atau awal April. Jadi juga bukan bulan Desember.
Hari ibu di Rusia juga di
terapkan di akhir bulan November.
Satu kesamaan dari negara-negara itu
dalam memperingati hari ibu adalah mengingatkan peran penting seorang ibu dalam
rumah tangga, sehingga banyak negara menjadikannya hari libur nasional.
Lalu siapa yang menetapkan hari
ibu jatuh pada tanggal 22 Desember ? Orang kafir kah?
Ternyata tanggal 22 Desember
sebagai hari ibu itu ditetapkan dalam Kongres Perempuan Indonesia pada tahun
1928 di Jogjakarta. Dan kongres itu dihadiri banyak tokoh dari Budi Utomo, PSI,
Muhammadiyah, Jong Java, Jong Madura sampai Jong Islamieten bond.
Mereka bukan orang kafir - jika
kata kafir disematkan pada non-muslim.
Dan semangat hari ibu di
Indonesia lebih luas maknanya, tidak seperti negara2 lain. Hari ibu itu
ditetapkan untuk mengenang perjuangan kaum perempuan di Indonesia.
Situasi itu memang situasi
perjuangan, dimana ditetapkannya sebuah hari adalah untuk mengenang nilai-nilai perjuangan..
Jadi pak Somad ternyata tidak
belajar sejarah, sehingga dengan seenaknya mengatakan bahwa peringatan hari ibu
di Indonesia adalah tradisi orang kafir. Itu bisa berarti pak Somad mengkafirkan
para pejuang yang dengan semangat perjuangan menetapkan sebuah hari bersejarah.
Saya juga heran ketika ada
seorang yang dianggap ustad dengan seenaknya mengkafir-kafirkan, seolah-olah dirinya tidak kafir.
Padahal Rasulullah SAW sudah
mengatakan, bahwa siapapun yang mengatakan seorang kafir sementara yang
dituduhnya tidak begitu, maka sebutan itu akan kembali padanya...
Tapi okelah, mungkin masalahnya
ada di sebutan “ibu”. Saya sarankan kepada bani micin curah, supaya tidak
terindikasi kafir maka gantilah sebutan ibu menjadi “Selamat hari Ummi”.
Semoga dengan itu semua menjadi
syariah dan varokah sesuai tradisi timur tengah..
Gimana? Mau Kofi atau mau fentung
kah?? Kate lapo koen? Aku lak ganteng jadi boleh gendakan..
Seruffuttt...