![]() |
Jokowi |
Bisakah Indonesia membayar
hutangnya?
Untuk melihat bisa atau tidaknya,
kita harus melihat ukurannya atau nama kerennya indikator.
Indikator yang biasa dipakai
biasanya adalah dari PDB atau Produk Domestik Bruto.
Ah, daripada pusing istilah kita
sederhanakan aja bahwa PDB itu adalah jumlah pendapatan semua perusahaan di
Indonesia baik dalam barang maupun jasa.
Jadi, pendapatan dari kegiatan
usahamu digabungkan dengan seluruh usaha2 lain di seluruh Indonesia itulah yang
disebut PDB..
Nah, jumlah hutang kita sekarang
- biasa disebut rasio - kurang dari 30 persen dari seluruh jumlah pendapatan
kita secara nasional. Jadi pendapatan kita jauh lebih besar dari hutang kita..
Kalau pendapatan lebih besar dari
hutang, ya amanlah.. Kita pasti bisa bayar hutang. Apalagi UU juga membolehkan
kita hutang asal jangan sampai lebih dari 60 persen dari pendapatan kita.
Sampai sini ngerti kan ? Aakk dulu...
(suap micin ke teman yang habis digebuk pake sapu lidi oleh ibu warung sebelah
karena belum bayar hutang)
Selama pendapatanmu lebih besar
dari hutangmu, gak papa.
Karena itu besarkan terus
pendapatan di negeri ini dengan membangun infrastruktur di daerah-daerah supaya
ekonomi tumbuh disana. Kalau ekonomi tumbuh, maka pendapatan kita juga naik.
Lama2 pasti rasio hutang kita turun karena bertambahnya pendapatan..
Indonesia kalau dari sisi hutang
jauh lebih aman daripada negeri lain. Aakk.. (suap lagi)
Contohnya Jepang. Nilai hutangnya
250 persen lebih besar dari pendapatan di negerinya. Amerika saja lebih dari
100 persen. Kita hutangnya cuman kurang dari 30 persen. Kan keren...
“Terus kok Jepang dan Amerika
masih ada yang mau ngutangi ?” Mangap.
Ya, itu tadi. Karena meski hutang
mereka segede gajah kembung kebanyakan angin, mereka tetap disiplin membayar
cicilan hutangnya. Itulah yang diperlukan, kepercayaan..
Karena itu jangan sekali-sekali
tidak bayar cicilan hutang, nanti gak dipercaya lagi. Lagian DPR juga tahu kok
kenapa kita masih dan butuh hutang, itu sebab mereka juga selalu kasih
persetujuan..
“Jadi aku harus bayar cicilan
hutang micin di warung si ibu supaya gak digebukin lagi ?”
Iya dong. Nanti kamu gak boleh
ngutang lagi di warung, gak bisa konsumsi micin. Akibatnya badan lemas, mata
berkunang2, dan teriak ngawur gak keruan..
“Hutangin gua dong buat bayar
hutang si ibu..”
Kalau tidak produktif ya begini
ini, hutang dibayar pake hutang lagi. Gali lubang tutup lubang. Pekerjaan gak
ada, bisanya cuman teriak aja berharap semua masalah selesai dengan “prok prok
abrakadabra dibantu yaaa”.
Temanku ini memang gak butuh
Presiden, dia hanya butuh tukang sulap yang bisa membantu ekonominya sekejap
mata. Dan buat dia, untuk mengatasi masalah ekonominya karena tidak punya
kerja, akhirnya khilafahlah solusinya..
Kulihat matanya terpejam akibat
mabok micin. Mungkin dia sedang mimpi indah nyanyi jaran goyang di surga
bersama 72 Via Vallen sambil joget berjamaah..
“Aakkk lagi dong...” Terdengar
sayup suaranya lemah mengganggu keasikan ku ngopi di siang hari..
Aku ke gudang. Kuambil sekop aja
sekalian biar nyendokinnya gampang..