![]() |
Anies Naik Becak |
Saya sebenarnya sudah males bahas
Jakarta dan kebijakan-kebijakannya yang konyol itu.
Karena Indonesia ini jauh lebih
luas dari Jakarta. Sudah tidak ada lagi hal menarik yang berisi program kejutan
untuk Jakarta. Yang ada hanya mengorek-ngorek kebijakan lama dan dipakai untuk
meninggikan dirinya.
Mudah sebenarnya melihat kualitas
seseorang apakah dia pemimpin atau bukan.
Seorang pemimpin dikenal dengan gagasan-gagasan
ke depannya, program-program yang terkadang harus out of the box untuk
kepentingan wilayahnya.
Seperti contoh di Surabaya
misalnya..
Bu Tri Rismarini bukan hanya
membangun taman-teman kota dengan semua fasilitasnya untuk kebutuhan
masyarakat, karena dulu taman kota tidak dirawat. Ia juga menolak menerapkan
tol tengah kota karena menurutnya itu tidak menyelesaikan masalah hanya
membebani warga saja.
Ia malah melebarkan jalan di
pinggir-pinggir jalan utama dengan konsep frontage road. Karyanya ini
memecahkan masalah kemacetan di jalan utama Surabaya dan menjadi salah satu
karya agungnya yang berfungsi bagi warganya..
Ia juga membubarkan komplek
pelacura terbesar se Asia Tenggara Dolly dan menjadikannya pusat bisnis. Itulah
yang membuat pemikiran-pemikiran dia selalu diterima warganya.
Bu Risma tidak perlu mencari
simpati hanya karena butuh suara untuk memilih dirinya kembali. Urusannya hanya
kerja demi kemajuan kotanya. Kalau dia mau cari simpati, ngapain juga dibubarin
Dolly karena disana ada ribuan suara yang pasti akan mencoblosnya asal tidak
diganggu kegiatan mereka.
Begitulah seorang pemimpin itu,
visioner dan tahu apa yang dilakukannya, tahu bagaimana tahapannya dan tahu
akan kemana arahnya.
Bu Risma tidak pernah
mengutak-atik apalagi menyalah-nyalahkan Walikota lama. Seandainya mau, ia
bisa. Tapi tidak, ia hanya merapihkan dan membuatnya lebih bagus lagi.
Memang hanya orang yang gak bisa
kerja yang bermain di isu dengan mengangkat-angkat nama besar supaya namanya bisa
ikut besar juga. Orang yang model beginian sebenarnya gak paham, apa yang mau
dia lakukan dan bagaimana selain menari di atas isu murahan.
Jadi, tidak perlulah terlalu
fokus ke Jakarta. Lebih baik tinggalkan karena kebijkan konyol dan bodoh tidak
meninggalkan ilmu apa-apa.
Memang lucu, tapi buat dia itu
penting bagi pendukungnya karena yang mendukung suka hal-hal konyol gitu. Coba
tanya, “bagaimana visi anda untuk Jakarta ke depan??”, Jawabannya pasti akkk
ekkk akk trus ada bi narti bi nartinya.
Jakarta biarlah mau jadi Jakarta.
Sindir aja gak perlu bahas orangnya. Karena dia butuh dirinya di bahas hanya
untuk menunjukkan dirinya ada. Dan semakin dia bertentangan dengan orang yang
berbeda, pendukungnya akan semakin memujanya..
Mari kita berfikir tentang
INDONESIA.
Negeri yang luas dengan segala
macam kontroversinya. Biarkan isu lokal menari disana, jangan malah kita
menjadikannya nasional. Mau dia jungkir balik dengan kebijakannya seharusnya
apa kita perdulinya?.
Melihat kebodohan dengan terus
membahasnya membuat kita tidak pintar-pintar juga. Malah kita terjebak dalam
kotak sempit itu saja.
Kita butuh penikiran tentang
siapa pemimpin bagus dengan kebijkan bagus pula. Pemimpin bodoh itu gada
habisnya.
Tunggu aja, lama-lama doi juga bingung
sendiri. “Mau ngapain lagi ya? Ah, bagaimana kalau bikin BUMD khusus untuk
memproduksi kencing onta? Tentu masyarakat Jakarta akan semakin bahagia, karena
kencing onta akan menambah vitalitas bagi mereka yang menarik becak”.
Jakarta oh Jakarta, mimpin kota
segitu aja kacau gitu kok diisukan mau mimpin Indonesia.. Apa kata Ustad Sugik
Jemblem purun nanti?
“Jancuk!! Jaran kepang!! Lapo
jenengku kon sebut-sebut maneh??”. Seruput ahhh..