![]() |
Para Pencari Arti |
“Tanpa sadar, manusia setiap
detik membebani dirinya dengan angan-angan..
Punggungnya seperti membawa
ransel yang berisi miliaran keinginan. Belum tercapai keinginan satu, ia
kembali membangun keinginan baru. Keinginan lamanya berkembang, membentuk
anak-anak cabang yang berbuah keinginan-keinginan tambahan.
Terus begitu seiring waktu yang
berjalan..
Ketika melihat orang lain sukses,
ia menginginkan kesuksesan yang sama. Ketika melihat orang lain berhasil, ia
menginginkan keberhasilan yang sama. Ia selalu mengukur dirinya dari apa yang
dilihatnya.
Apa yang terjadi kemudian?
Kejiwaannya terbentuk dari ukuran
yang dibangunnya sendiri dalam pemikiran. Ketika bertemu orang lain yang
sukses, ia rendah diri merasa belum seperti dia. Ketika melihat orang lain
berhasil, ia malu menunjukkan dirinya dan menunduk di hadapannya.
Lihatlah, betapa permainan
pikiran bisa begitu membahayakan..
Manusia yang terjebak dalam
angan-angan panjang selalu tidak stabil jiwanya. Ketika ia merasa dirinya
sukses, ia terbang ke awan. Ketika merasa gagal, ia terbenam ke bumi. Malu
menampakkan diri..
Betapa rumit hidup baginya. Semua
harus sesuai keinginannya. Jika tidak, ia patah. Putus asa dan merasa paling
menderita di dunia..”
Aku mendengar celotehan temanku
malam itu, sambil ditemani secangkir kopi tentunya. Ia tampak lebih muda dari
usianya. Raut wajahnya tenang menunjukkan ia sudah matang. Senang mendengarnya
berbicara, sesenang melihatnya selalu berbahagia..
“Aku sudah lama membuang banyak
keinginan dalam hidupku. Karena keinginan itu sumber kekecewaan...
Aku hidup untuk menikmati setiap
detik mukjijat yang terjadi. Aku menikmati setiap proses peristiwa sebagai
pembentuk diri yang sejati. Aku tidak membiarkan diriku diukur manusia lain,
sebagaimana aku tidak ingin mengukur manusia lain.
Biarlah semua berjalan seperti
seharusnya. Kita hidup bukan ingin menunjukkan siapa kita, tetapi seberapa
berfungsinya kita.
Itulah sebenarnya rahasia kenapa
kita dilahirkan di dunia ini, untuk berfungsi kepada manusia lainnya..”
Kata-kata itu selalu kuingat
dalam setiap detik perjalanan hidupku. Kubuang ransel keinginan yang
menghalangi kemerdekaanku berjalan. Hidupku tenang, jiwaku jauh lebih stabil..
Sambil menikmati secangkir kopi
malam ini, aku teringat kata-kata terakhirnya yang menggelitik hati..
“Kebahagiaan itu tidak perlu
dicari. Hadirkan ia di dalam diri, maka - seperti magnet - ia akan bertemu
dengan keping kebahagiaan lain dan membentuk kebahagiaan yang hakiki.
Ini bukan tentang materi, ini
tentang mencari diri sendiri..” Ia tersenyum mengajarkanku rahasia yang selama
ini ingin kupahami..
Ah, dimana dia sekarang ini? Aku
adalah murid dari sesuatu yang tidak kuketahui..
Secangkir kopi menemani malam
panjangku, mencari apa sebenarnya fungsiku di dunia ini..
“Angan-angan panjang adalah
setengah dari ketuaan..” Imam Ali.