![]() |
Kapolri |
Saya harus angkat secangkir kopi
tinggi-tinggi untuk kepolisian RI. Pada periode 2013-2016, saya
adalah orang yang sangat khawatir dengan situasi panas di negeri ini. Situasi
itu dibangun melalui penyebaran konten fitnah di media sosial entah itu
facebook ataupun whatsapp.
Belajar dari kasus Suriah, dimana
propaganda-propaganda digerakkan melalui media sosial yang ada, dampaknya sangat
mengerikan. Orang terpengaruh untuk memerangi Presiden mereka yang dituding
"Syiah" dan membantai rakyatnya sendiri.
Propaganda di Suriah itu dibangun
dengan sistematis, profesional dan dana besar yang bahkan melibatkan beberapa
negara. Mereka tidak tanggung-tanggung menjadikan Suriah sebagai model Hollywood dengan
menerjunkan aktor sampai makeup artis untuk memerankan dan mendandani korban-korban perang.
Satu tim bertopeng pekerja
kemanusiaan bernama White Helmets sesungguhnya adalah produser, sutradara
sekaligus aktor untuk membuat film yang bertujuan mendiskreditkan Presiden
Bashar Assad.
Dan -gilanya- berita dari
mereka diambil oleh CNN, BBC, AlJazeera sebagai bagian dari propaganda global..
Indonesia memasuki masa kritis
sejak tahun 2014, dengan berbagai fitnah yang menyerang dan memisahkan bangsa
ini menjadi dua kelompok besar yang saling berhadapan.
Dibutuhkan satu picu yang tepat
saja, maka kita bisa saling bermusuhan dan bisa saja perang saudara. Dan belajar dari kasus Suriah,
Mesir dan Lybia, semua itu sangat memungkinkan..
Kita harus bersyukur kepada
Tuhan, bahwa Jokowi menarik Tito Karnavian sebagai Kapolri dengan berbagai
cara. Itu adalah keputusan yang sangat tepat dan di waktu yang tepat. Latar belakang
pak Tito yang sangat mengenal dunia terorisme, benar-benar kita butuhkan.
Pak Tito kemudian memperkuat
jajaran Bareskrim dengan mengangkat orang-orang yang tepat dan menjadikan unit Cyber
Crime menjadi Direktorat sendiri. Kabareskrim sekarang, bapak Ari Dono Sukmanto
adalah pekerja keras yang jarang muncul di media.
Dan hasilnya adalah jajaran
kepolisian berhasil menggulung biang-biang pembuat dan penyebar fitnah di media
sosial, mulai dari Saracen sampai Muslim Cyber Army.
Ini adalah prestasi besar, karena
biang-biang fitnah ini adalah kelompok terorganisir yang sangat militan dan
mempunyai pasukan besar di media sosial.
Tidak mudah mencari jejak dan
menangkap pentolan-pentolan fitnah itu. Kepolisian harus mampu mencari jejak, menyusup
dalam grup-grup sampai menangkap mereka yang bersembunyi bahkan sampai di luar
negeri. Dan dengan tertangkapnya pentolan-pentolan itu, isu-isu yang berpotensi memecah
masyarakat bisa teredam sementara.
Kita harus berterimakasih pada
jajaran Kepolisian dengan hasil ini. Tidak kebayang dampak yang dilakukan
ketika hoax dan fitnah merasuki kepala banyak orang fanatik dan bodoh yang
menjadikan mereka mesin pembunuh efektif karena saling curiga.
Dengan prestasi penangkapan
biang-biang fitnah itu, maka kelompok besar mereka langsung tiarap karena kali ini
kepolisian tidak bisa mereka remehkan kinerjanya.
Yang harus kita lakukan sekarang
sebagai warga negara yang baik adalah terus mendukung kepolisian dalam menuntaskan
terorisme di media sosial ini.
Sesudah tertangkapnya pentolan-pentolan hoax itu, serangan akan banyak ditujukan kepada kepolisian untuk membunuh
karakter mereka.
Terimakasih, Kapolri.
Terimakasih, Kabareskrim. Terimakasih, Cyber Crime. Terima kasih seluruh jajaran
Polri. Hormat kami untukmu.
Sekarang saya cukup percaya diri
minum secangkir kopi dijaga oleh putra-putra bangsa terbaik negeri ini..
Seruput..