![]() |
Jalan Hidup |
“Nak, ujian itu sesungguhnya
adalah pengorbanan..
Ia hadir ketika kamu mencintai
sesuatu secara berlebihan. Karena cinta berlebih adalah kelemahan. Dan semakin
menguat rasa cintamu, semakin melemah pula pertahanan..
Begitulah yang akan terjadi pada
hartamu, pada rupamu, pada keluargamu dan semua yang mengikat dirimu di dunia
ini..
Berhati-hatilah ketika engkau
mencintai sesuatu, karena ujian hanya menghantam titik terlemahmu.. “
Nasihat itu selalu terngiang di
telingaku, walau pemilik perkataan itu sudah lama berlalu.
“Gelombang ujian yang datang
tidak akan melemah, justru semakin menguat. Ia akan terus menggerus kebanggaan
sampai pada level penyerahan dirimu yang terkuat..
Lututmu akan tertekuk dan wajahmu
menghantam bumi. Lalu luruhlah semua emosi. Engkau akan merasakan bahwa dirimu
bukan siapa-siapa lagi. Hanya debu kecil yang tak berarti...”
Ah, papa. Aku rindu padamu..
“Cara Tuhan menundukkan manusia
memang luar biasa. Dalam proses itu ada kengerian, kecemasan, rasa takut yang
hebat dan ketidak-berdayaan.
Tetapi disana juga engkau akan
merasakan kasih sayang, kelembutan, kesejukan dan kecintaan sejati yang bukan
duniawi lagi...”
Ku seruput secangkir kopi malam
ini..
“Proses itulah yang akan
menjadikan dirimu seorang lelaki sekaligus manusia sejati. Pada fase engkau
menguasai dirimu kembali, maka tampaklah ketenangan dan kestabilan jiwamu yang
membuatmu jauh lebih matang...”
Ayahku tersenyum waktu itu.
Guratan wajahnya menunjukkan ia pernah melalui prosesnya yang membuatnya
mengerti.
Selamat malam, guru sejati.
Lanjutkanlah kembali perjalananmu malam ini...