![]() |
Jokowi |
"Jokowi ngibul, bagi-bagi
sertifikat tanah!" Begitu kata Amien Rais dalam sebuah forum.
Pernyataan kontroversial itu
memicu protes dimana-mana. Tapi setidaknya perkataan Amien Rais malah membuka
rahasia dibalik "Kenapa Jokowi bagi-bagi sertifkat tanah?".
"Ada segelintir elite, yaitu
0,2 persen penduduk, menguasai 56 persen aset nasional dalam bentuk kepemilikan
tanah," Kata Peneliti dan pengamat ekonomi dari The Institute For Global
Justice (IGJ) Salamudin Daeng, 2015 lalu.
Permasalahan kepemilikan tanah
oleh swasta ini memang meresahkan, karena menjadikan masyarakat hanya sebagai
"tamu" di tanah kelahirannya sendiri. Dan situasi ini sudah
berlangsung puluhan tahun lamanya sejak masa Soeharto memimpin.
Inilah yang ingin dibalikkan oleh
Jokowi. Ia ingin rakyat menjadi TUAN ditanahnya sendiri.
Jokowi menargetkan, sampai tahun
2019, ia akan membagikan sertifikat tanah lebih dari 21 juta hektar kepada
rakyat mulai petani sampai pengusaha kecil. Dan sampai tahun 2024, targetnya
adalah 126 juta sertifikat sudah selesai.
"Supaya masyarakat punya
kepastian hukum atas tanahnya dan tidak lagi terjadi sengketa yang berakibat
penggusuran oleh perusahaan swasta kepada rakyat kecil.." begitu pesan
Jokowi.
Sebenarnya itu hanya salah satu
faktor saja. Faktor terpenting lainnya adalah peningkatan ekonomi rakyat.
Dengan adanya sertifikat tanah,
maka rakyat kecil akan bisa mengajukan pinjaman modal kerja kepada Bank karena
ada agunan. Diharapkan dengan modal kerja yang ada, tumbuh jutaan usaha-usaha
kecil baru yang menggerakkan roda perekonomian dengan pondasi yang sangat kuat.
Itulah rencana besar Jokowi yang
-bisa kita lihat- ia sepenuhnya berpihak kepada rakyat.
Lalu kenapa kok Amien Rais dan
PAN meradang? Apakah mereka juga berpihak kepada rakyat? Atau malah menjadi
corong perusahaan swasta besar yang selama ini menguasai kepemilikan lahan?
Pertanyaan ini harus kita kembalikan kepada mereka untuk dijawab.
Apa yang dilakukan Jokowi ini
persis seperti yang diimpikan oleh Soekarno, saat bertemu seorang petani
bernama Marhaen - atau dalam tulisan berbeda disebut Mang Aen.
Ideologi Marhaen yang dicetuskan
bung Karno ini adalah mimpi Soekarno muda supaya rakyat punya kemampuan
sendiri, punya alat produksi sendiri dan bisa menghasilkan untuk kebutuhan
dirinya sendiri. Inilah bentuk perlawanan terhadap kapitalisme yang sesungguhnya,
dimana kekuatan rakyat dipadukan untuk melawan kekuatan segelintir elite
penguasa lahan.
Jadi, apa yang salah pada Jokowi?
Tidak ada yang salah. Yang salah
adalah sistem yang terbentuk selama puluhan tahun lamanya dan sudah menjadi
budaya, dimana rakyat kecil hanya menjadi penonton, bukan pelaku usaha. Dan
Jokowi hanya berusaha memperbaikinya dengan apa yang ia punya.
Jokowi tidak berpura-pura menjadi
Soekarno dengan gaya pakaiannya. Ia adalah Soekarno dalam pemikiran dan
tindakannya.
Silahkan diseruput kopinya..