![]() |
Foto Prabowo Subianto |
Tidak ada yang lebih galau saat
ini daripada Prabowo Subianto dan partainya Gerindra..
Mendekati 17 Agustus 2018, batas
waktu pendaftaran bakal Capres 2019, Prabowo belum juga mendeklarasikan dirinya
sebagai Calon Presiden. Bahkan, di Rakornas Gerindra tanggal 11 April nanti,
Prabowo buru-buru menyatakan bahwa dia belum ada niat untuk mencalonkan diri.
"Belum ada tiket.." katanya.
Prabowo semakin galau, ketika
partai koalisi permanennya PKS, bukannya membangun citra dirinya dengan tagar
#PrabowoPresiden2019, eh malah memviralkan tagar #GantiPresiden.
Ini menunjukkan PKS sendiri ragu
dengan Prabowo dan ada kemungkinan memisahkan diri dari koalisi meski juga
tidak tahu harus mencalonkan siapa nanti.
Apa penyebabnya ?
Pertama jelas, hasil survey
selama ini selalu menempatkan nama Prabowo dibawah Jokowi. Meski Prabowo sudah
mencoba mencuri perhatian dengan membaca novel fiksi, tapi tetap ia tidak mampu
menyalip Jokowi.
PKS dan partai anti Jokowi,
melihat bahwa tidak ada masa depan dengan terus mendukung Prabowo. Mereka
sekarang fokus pada hasil survey yang menunjukkan ada 20 sampai 30 persen responden
yang belum menentukan pilihan Presiden atau masih merahasiakan siapa calon
pemimpin mereka. Itulah yang ingin disasar PKS dan koalisinya sambil mencari
siapa yang tepat untuk melawan Jokowi.
Kedua, Gerindra sudah gak punya
duit lagi..
Sebelum ini, PKS melihat Hasjim
Djojohadikusumo adik Prabowo sebagai pendana utama Gerindra. Hasjim, pernah
dinobatkan oleh majalah Forbes tahun 2012, sebagai salah satu pria terkaya di
Asia dengan nilai kekayaan 8,5 triliun rupiah.
Tapi permasalahan bisnis terus mendera
Hasjim, apalagi pada tahun 2014 lalu, ia sudah mengeluarkan begitu banyak dana
untuk memenangkan Prabowo yang akhirnya kalah. Kita tahu bahwa untuk pemilihan
Presiden di Indonesia, untuk memenangkan Capres, bisa menghabiskan dana
triliunan rupiah. Bahkan ada seorang pengamat menghitung sampai 7 triliun
rupiah..
Apalagi Hasjim pernah mengatakan
bahwa kesehatan dan logistik jadi pertimbangan untuk menjadikan Prabowo sebagai
Capres. Meskipun ia kemudian buru-buru meralat bahwa logistik sudah siap dan aman..
Jadi galaulah Prabowo dan
Gerindra. Kegalauan ini menular ke PKS sebagai koalisi permanennya, yang
sekarang juga sedang berantem di internal partai antara loyalis Anis Matta dan
Shohibul Iman.
Layaknya orang galau, mereka
mencoba mencari gara-gara. Pernyataan-pernyataan provokatif pun keluar di media
massa untuk memancing keluar Jokowi dari sarangnya. Mulai dengan pernyataan ada
korupsi di proyek infrastruktur sampai pengibulan masalah pembagian sertifikat
tanah.
Tapi dasar Jokowi, ia anteng
saja. Bahkan cenderung mengejek dengan menyuruh para penerima sertifikat untuk
melambaikan sertifikat yang dibagikan bersama-sama.
Ibarat pertandingan catur antara
Bobby Fischer melawan Boris Spassky dari Rusia pada tahun 1972. Bobby Fischer
yang awalnya gugup, menemukan dirinya kembali saat bertanding di game ketiga.
Fischer bahkan cenderung membuat gerakan2 santai yang membuat Spassky keringat
dingin karena mengira lawannya sedang melakukan gerakan yang akan mematikan
langkahnya.
Jokowi adalah Bobby Fischer
dengan kepercayaan dirinya dan Prabowo adalah Spassky yang lututnya gemetar
karena tahu ia bakalan kalah..
Mungkin ini saatnya pak Prabowo
memacu kudanya sekencang-kencangnya, sambil berteriak melepaskan semua beban
dan menyanyikan lagu Sheila on 7 Berhenti Berharap. "Akuuu pulanggg....
Tanpa dendam.. Kuterimaaaaa.. kekalahankuuu..."
Mau seruput tapi takut dosa..