![]() |
Cegah Politisasi Masjid |
Pilgub DKI 2017, bisa dibilang
adalah salah satu Pilkada paling berbahaya di Indonesia. Bahayanya Pilgub DKI
karena agama yang suci dijadikan alat politik kotor, yang bahkan dimobilisasi
di tempat-tempat ibadah.
Tempat ibadah yang biasanya
menjadi tempat mencari ketenangan, menjadi hiruk pikuk dengan hujatan dan
makian, bersamaan dengan lantunan ayat suci dengan tafsir yang dibelokkan.
Miris rasanya melihat saudara
seiman yang meninggal bahkan ditolak untuk dishalatkan karena berbeda pilihan.
Dilain tempat, Alquran kitab suci disandingkan dengan golok untuk membaiat
salah satu kandidat. Bahkan salah satu kandidat, diusir dari masjid ketika
selesai shalat Jumat.
Toa-toa masjid sejak subuh
berteriak seolah sedang menghadapi perang. Shalat Jumat penuh dengan ujaran
kebencian dan dilain tempat kata "bunuh dan penggal" disandingkan
dengan kata "Allah Maha Besar".
Polisi seakan tidak berdaya
karena massifnya gerakan dimana-mana. Bahkan dewan masjid dan MUI terdiam seakan
membiarkan.
Saya bergidik ketika membayangkan
masa itu, dimana saya berada ditengah kancah dan menjadi salah satu saksi mata
pilkada paling brutal yang pernah saya kenal.
Seseorang pernah memaki saya,
"Rasulullah saja berpolitik di masjid, itu sesuai tuntunan!!"
Saya heran, tidak ada dalam
cerita sejarah manapun Rasullulah Saw menggunakan tempat ibadah untuk
menghantam umatnya sendiri. Jikapun beliau mengatur strategi perang didalam
masjid, itu karena bertahan sebab ada ancaman serangan dari luar yang
membahayakan umatnya sendiri.
Jadi, dapat pelajaran sejarah
darimana orang yang memaki saya itu bahwa Rasulullah menjadikan masjid sebagai
tempat politik untuk menyerang saudaranya sendiri??
Dulupun pahlawan-pahlawan yang muslim
sering menggunakan masjid sebagai tempat berorganisasi. Tetapi itu berkaitan
dengan mengatur strategi untuk menghadapi penjajah yang menyerang negeri, bukan
untuk memakan bangkai saudara seimannya sendiri.
Pembelokan makna bahwa
"masjid bisa dijadikan sebagai tempat berpolitik" ini sangat
berbahaya. Statemen ini dikeluarkan oleh orang-orang yang punya nafsu berkuasa tapi
tidak mampu bersaing dengan sehat dan akhirnya mengandalkan propaganda.
"Yang penting menang, negeri
mau pecah urusan belakangan.."
Gerakan khilafah sedang mengintai
situasi di Pilpres 2019.
Mereka akan terus memanfaatkan
masjid sebagai tempat memainkan kartu-kartu mereka. Ini yang tidak disadari
partai-partai oposisi bahwa mereka sedang ditunggangi. Gelapnya mata karena kekuasaan
membuat mereka buta akan dampak kehancuran kedepan..
Pernah seorang bertanya kepada
saya, "Kenapa Tuhan seperti membiarkan Pilgub DKI menjadi begitu keras dan
brutal?".
Saya jawab, "Tuhan ingin
mengajari kita, bangsa Indonesia, apa yang akan terjadi nanti jika kita hanya
diam saja. Tuhan begitu sayang pada negeri ini, sehingga kita diberikan
peringatan dini. Tidakkah Suriah memberikanmu pelajaran berharga, wahai rakyat
Indonesia? Peristiwa Jakarta seharusnya menjadi tanda untuk mulai
waspada.."
Karena itu saya ingin mengajak
semuanya, mereka yang mengaku bangsa Indonesia, cinta pada tanah air Indonesia,
untuk menjaga masjid-masjid kita, gereja-gereja kita, vihara-vihara kita,
kelenteng kita, dari kotornya politik yang mengatas-namakan agama.
Jika ada pemuka agama dalam
ceramahnya nanti mengajak untuk memusuhi bangsa sendiri, kita rekam dan
viralkan di media sosial. Gunakan gadget kita sebagai senjata.
Tolak politisasi agama. Sterilkan
tempat ibadah. Kita kembalikan tempat suci sesuai fungsinya. Jangan nodai
dengan politik kotor yang memecah belah. Jika bukan kita yang menjaga tempat
ibadah kita masing-masing, lalu siapa lagi?
Pilpres 2019 semakin dekat.
Gerakan-gerakan senyap sedang berjalan. Mari kita mulai rapatkan barisan..
Seruput kopi dulu sebagai
penyemangat.