![]() |
Kelompok Anti Dedi Mulyadi |
Cerita ini sudah lama ingin saya
tulis, hanya dulu tidak tahu harus mulai darimana..
Sekarang ingin saya ungkapkan,
meski pasti banyak yang menentang. Tidak apalah, saya menulis untuk menuangkan
apa yang saya pikirkan, bukan untuk menyenangkan banyak orang..
Sejak kemunculannya di dunia
politik, Dedi Mulyadi sudah menjadi sosok kontroversial. Ia seperti Ahok dalam
sosok dan tujuan yang berbeda. Jika Ahok ingin menjadikan Jakarta menjadi kota
metropolitan, Demul ingin mengangkat harkat dan martabat Sunda kembali ke
permukaan..
Dia sering menggunakan baju
dengan tulisan di dada "Dangiang Ki Sunda" yang bisa berarti Wibawa
urang Sunda. Kesundaannya dia jadikan sebagai ideologi bahwa sudah seharusnya
urang Sunda mampu tegak dengan kepala berdiri..
Karena itulah, di kotanya Purwakarta,
ia menghiasi diri dengan begitu banyak identitas kesundaan yang sudah lama
hilang.
Tapi apa yang dia lakukan
mendapat banyak tentangan dari kaum yang ingin meng-Arab-kan tanah Sunda.
Orang2 yang berbaju gamis dan takut apa yang Demul lakukan akan menghalangi
tujuan yang ingin mereka capai. Orang sunda itu sangat welcome terhadap
pendatang, sehingga kadang tidak sadar bahwa ada yang ingin memanfaatkan
keramahan itu..
Demul sangat tahu itu. Dan ia
terus berjuang tanpa takut dan lelah untuk mengembalikan jati diri kesukuannya.
Ia membangun kembali cerita-cerita sejarah melalui patung, lukisan, pakaian dan
dongeng2 lama. Ia melawan penjajahan budaya dengan membangun kembali budaya..
Dan karena itu ia dianggap
syirik, musyrik, kawin dengan Nyi Roro Kidul, pakai ilmu hitam dan sebagainya.
Panah-panah fitnah meluncur kepadanya tanpa ampun. Patung-patung dirusak karena
dianggap berhala. Dan banyak lagi kisahnya yang menyayat hati..
Malah ketika ia mengenalkan
kembali salam, "Sampurasun.." sebagai identitas Sunda karena hilang
dilibas kata "Assalamualaikum..", ia dicerca. Bahkan Rizieq Shihab
menghinanya dengan kata , "Campur racun..".
Tidak mudah memang menjadi
seorang Dedi Mulyadi pada posisinya. Ia dihadang dimana-mana. Bahkan ketika di
Jakarta, di Cirebon, ia ditolak dan diusir. Tapi ia malah menganggap itu
sebagai tantangan.
"Dedi Mulyadi musuh
Islam.." adalah stigma yang dilekatkan kepadanya oleh musuhnya. Padahal ia
tercatat sebagai bagian dari keluarga Nahdlatul Ulama..
Mendekati Pilgub Jabar 2018, lawan
Demul semakin takut ia akan memperluas wilayah perangnya. Mereka kemudian
bersinergi dan mengeluarkan satu resolusi, "Asal jangan Dedi
Mulyadi.."
Posisi Demul terjepit. Bahkan
karena resolusi itu ia harus ditendang dari partainya sendiri, Golkar, saat
masih dijabat Setya Novanto. Berbagai cara dilakukan untuk menjegalnya supaya
tidak sampai ke kursi pemerintahan, bahkan oleh orang yang dulu ia anggap
kawan.
Tapi Dedi Mulyadi bukan politikus
kemarin sore. Ia menggalang kekuatan di tubuh partainya, supaya bisa kembali.
Dan berhasil. Setnov selesai, Dedi "back to the game..".
Belum selesai, Demul mulai
melihat bagaimana caranya dia bisa menang dari kepungan musuh-musuhnya yang
sudah menguasai banyak wilayah. Perhitungannya harus matang, jangan sampai ia
menjadi target serangan.
Dan dari semua hitungan yang ada,
bersama Deddy Mizwar lah ia merapat. Demiz bukan orang ideologis, ia tahu itu.
Dan bersama Demiz ia akan aman dari serangan "syirik, musyrik, kafir"
dan sebagainya. Ia juga berhitung matang, dulu Aher pun memanfaatkan Demiz
untuk meraih kemenangan. Dan ia kembali menggunakan taktik yang sama untuk
berkelit dari serangan..
Benar saja. Ketika bersama Demiz,
amanlah ia dari serangan. Mereka berdua seperti punya kesepakatan, dimana Demiz
mempunyai nama bagus di kalangan Islam Jabar sedangkan Demul punya kemampuan
mengelola pemerintahan..
Musuhpun bingung menyerangnya
dari mana, sehingga mereka terpaksa harus mengeluarkan fatwa "Haram
memilih Dedi Mulyadi..". Strategi Demul berhasil, ia kembali lolos dari
serangan untuk kesekian kalinya..
Rekam jejak perjuangan Dedi
Mulyadi untuk mengembalikan jati diri Sunda, bukan rekam jejak yang pendek dan
mudah. Lebih dari 10 tahun ia bergelut dengan segala fitnah dan hadangan.
Dedi Mulyadi adalah
"vaksin" untuk menyembuhkan "kanker" intoleransi yang sudah
mengakar di Jawa Barat. Dan ia harus dihalangi dengan segala cara, karena jika
ia memimpin nanti, maka agenda besar menjadikan tanah Sunda menjadi bumi Timur
Tengah akan hancur berantakan..
Saya selalu berdoa ia berhasil
dengan perjuangannya, karena membaca dirinya seperti membaca kisah petualangan
yang tidak ada habisnya. Rekam jejak tidak pernah menipu karena ia bercerita
apa adanya, bukan karena hasil polesan di media sosial saja..
"Seorang pejuang akan
mengenali pejuang lainnya.." Begitu kata ayah saya dulu. Dan saya baru
memahami artinya sekarang..
Selamat berjuang, Kang Dedi
Mulyadi. Engkau pahlawan masyarakat Sunda sejatinya. Hanya tidak banyak yang
mengenali dan memahami apa yang engkau lakukan untuk tanah kelahiranmu ini..
Salam secangkir kopi.