![]() |
Jokowi |
Siang ini mencoba jalan tol
Surabaya-Mojokerto yang diresmikan Jokowi Desember lalu..
Saya ingin merasakan perasaan
yang sama dengan banyak pemudik lainnya ketika mereka berkendara dengan mobil
melalui jalan tol.
Dan benar saja, Surabaya
Mojokerto yang biasanya harus di tempuh 2-3 jam karena melewati beberapa pasar
dan bersaing dengan truk besar, cukup ditempuh dengan 45 menitan.
Saya pun merasakan perasaan
kekaguman sama seperti teman-teman lain yang bercerita di timeline facebooknya,
"Wah Jakarta Brebes yang dulunya 8-10 jam, sekarang cuman 4 jam !"
Dan masih banyak lagi kekaguman karena waktu tempuh yang semakin singkat dan -
terutama - sangat lancar..
Sejak lama saya mengamati, bahwa
Jokowi adalah produser sekaligus sutradara yang handal dalam menciptakan
panggung dramanya. Bukan saja sebagai sebagai sutradara, ia juga aktor
utamanya.
Mulai dari pemindahan pedagang
barang bekas di taman Banjar Sari Solo sampai pembangunan infrastruktur, Jokowi
mampu menciptakan "karakter' dirinya.
Bayangkan, sepanjang perjalanan
di tol saat mudik lebaran kali ini, berapa juta orang yang di dalam mobil bercerita
, "Jokowi begini, Jokowi begitu.." Jalan tol seakan menjadi
billboardnya, dan memunculkan wajahnya dimana-mana. "Ini tol yang dibangun
Jokowi.." seperti sebuah orkestra yang memainkan nada-nadanya di setiap
kilometer perjalanan.
Bandingkan dengan Cak Imin yang
harus keluar ratusan miliar rupiah untuk membangun citra dirinya melalui papan
pengumuman dimana-mana, Jokowi memanfaatkan betul konsep bagaimana
"citra" itu sebenarnya tanpa keluar biaya..
Pencitraan ? Sudah pasti. Tapi
pencitraan yang positif, dimana rakyat bisa menikmati hasilnya bukan hanya
sekedar iklan numpang wajah saja.
Jalan tol itu bercerita tentang
Jokowi. Tentang prestasi 3 tahun yang spektakuler dibanding pembangunan
pendahulunya yang berkuasa lebih lama tapi jauh lebih sedikit hasilnya. Dan
"promosi" Jokowi bersifat langsung karena rakyat menikmati hasilnya
bukan ceritanya saja..
Bukan jalan tol saja, bahkan
bandara-bandara bercerita "Siapa Jokowi" ketika rakyat berjalan
memasuki lorong-lorong dan mengagumi keindahannya..
Inilah yang disebut dengan
Marketing Communication atau komunikasi marketing yang sebenarnya. Bukan iklan
yang bagus doang gambarnya, tapi tidak membentuk opini apa-apa bahkan cenderung
di skip karena orang bosan menontonnya..
Persis seperti yang dituliskan
oleh Al Ries dalam bukunya, "The Fall of Advertising and the Rise of
PR".
Panggung Jokowi dalam mudik ini
begitu besar dan semua mata tertuju padanya.
Bahkan ada seseorang di Saudi
yang mencoba mengambil alih panggung dengan klaim SP3 berusaha memecah perhatian
publik terhadap kinerja Jokowi, tetap saja tidak mampu merebut perhatian..
Bang Thoyib jadi seperti
punakawan dalam kisah agung Mahabrata, yang ditempatkan sebagai penghibur
ditengah jalannya alur cerita.
Lakon yang dimainkan berjudul
SP3, "Saya Pasrah Pengen Pulang"..
Angkat secangkir kopi untuk
Jokowi dan jajarannya yang brilian..