![]() |
Sedekah |
"Kamu tahu siapa orang yang
paling merugi di dunia ini?". Perbincangan kami berlanjut malam
ini. Perbincangan spiritual memang menarik hatiku. Membangun ruang logika
berfikir, membuka rahasia hidup juga mati, dan menemukan arti apa fungsi kita
di dunia ini.
"Orang yang paling merugi
adalah orang kaya yang kikir.."
Temanku menjawab pertanyaannya
sendiri. Secangkir kopi menemani dinginnya malam karena bumi sedang dibasahi
hujan.
"Banyak orang salah mengira
bahwa kekayaan yang dia punya adalah bukti kesuksesannya di dunia. Padahal
sejatinya kekayaan di dunia seperti bandul pemberat ketika seseorang itu
tenggelam ke dalam air. Ia bukan menyelamatkan, tetapi justru menjadi penyebab
seseorang itu tidak selamat di akhirat.
Kamu bayangkan, ketika nanti
dihari Pengadilan, manusia ditimbang dan diukur dengan apa yang dia punya, maka
pertanyaan terbesar adalah "Apa yang kamu lakukan dengan hartamu ketika di
dunia ?"
Dan kamu bungkam, karena memang
tidak ada yang kamu lakukan dengan apa yang kamu punya. Kamu sibuk menimbun
harta, tapi semua itu tidak bermanfaat bagi yang lainnya.
Sawahmu berhektar, rukomu
belasan, tabunganmu bermilyar, tapi semua itu tidak menjadi penambah amalmu.
Padahal yang kamu bawa ke hari Pengadilan bukanlah harta dalam bentuk materi,
tetapi harta dalam bentuk non materi, yaitu amal.
Amal itulah timbangan baikmu yang
akan menyelamatkanmu. Sawah, ruko juga tabungan di dunia ini akan kamu
tinggalkan dan tidak berguna. Seperti kamu membawa emas di padang tandus,
dimana air sebenarnya adalah harta paling berharga.
Bahkan, kamu akan ditanya
darimana dan bagaimana kamu mendapatkan harta di dunia itu.
Kamu bayangkan jika kamu ditanya
KPK? Nah, ini yang bertanya Tuhan, yang pasti jauh lebih detail dan
presisi.."
Merinding aku mendengarnya,
membayangkan lidah ini bungkam. Tak mampu menjawab karena memang tak punya
jawaban. Sibuk mengumpulkan harta di dunia, tapi lupa dengan kehidupan lain di
alam kematian. Bahkan cara mengumpulkan harta penuh dengan keserakahan, mirip
sifat binatang..
Kami terdiam. Secangkir kopi
sudah tidak berfungsi lagi menjadi penyeimbang. Pahitnya menyadarkan bahwa
banyak hal di depan yang tidak terbayangkan, tapi kami tidak pernah bersiap
untuk menuju ke arah sebenar-benarnya tujuan..
"Aku heran dengan orang kaya
yang kikir. Ia hidup seperti orang miskin di dunia, tetapi di akhirat dihitung
sebagai orang kaya.." Imam Ali bin Abi Thalib.
Ah, jangan-jangan aku ini
sebenarnya orang yang merugi. Yang menganggap bahwa dunia adalah akhir dari
segalanya.