![]() |
Gambar Mardani Ali Sera dan Ismail Yusanti (HTI) |
Ideologi mengganti sistem negara
saat ini dengan syariat Islam, terus mereka kumandangkan dimana-mana. Dan tanpa
malu-malu lagi mereka membentangkan spanduk, berorasi, bahkan memaksakan
pemikiran-pemikiran mereka di media sosial maupun ceramah-ceramah.
Salah satu ormas yang aktif
"berjuang" supaya khilafah tegak di Indonesia adalah Hizbut Tahrir
Indonesia. Hizbut Tahrir adalah organisasi terlarang yang sudah dibubarkan di
banyak negara, termasuk negara-negara Timur Tengah. Kenapa? Karena mereka
sejatinya selalu ingin melakukan makar di setiap negara jika ada kesempatan.
"HTI adalah gerakan
revolusioner dan tidak menggunakan kekerasan, tetapi mendukung orang lain yang
menggunakannya. Mereka anti demokrasi dan salah satu cabang terbesarnya ada di
Indonesia.." begitu kata Sidney Jones pengamat terorisme dalam sebuah
perbincangan.
Pembubaran HTI pada tahun 2017
lalu, jelas menyisakan dendam membara kepada Presiden Jokowi yang mereka anggap
sebagai musuh utama. Tapi karena mereka tidak bisa bergerak leluasa sebab sudah
dilarang, mereka menggunakan tangan orang lain untuk melakukannya.
Dan tangan itu ada di PKS..
Sebenarnya HTI dan PKS mempunyai
ideologi yang sama, yaitu negara Islam. Hanya PKS malu-malu untuk terbuka,
meski sudah condong mengarah kesana. Survey SMRC yang dilakukan bulan Mei 2017,
mengungkapkan bahwa 34 persen simpatisan PKS setuju dengan adanya khilafah. Dan
ini prosentase terbesar jika dibandingkan survey pada simpatisan partai
lainnya..
Karena mempunyai kesamaan
ideologi itulah, maka HTI mempunyai satu irisan yang sama dengan PKS. Dengan
begitu, mudah bagi HTI untuk diterima masuk ke PKS dan mengembang-biakkan
virusnya disana..
Pemilihan Presiden 2019, adalah
salah satu cara HTI membalas dendamnya kepada Jokowi. Dan jika mereka menang,
maka mereka akan semakin brutal memasukkan orang-orangnya ke semua sistem
pemerintahan dan satu waktu mereka akan mengganti sistem itu dengan khilafah,
yang sesuai ideologi mereka.
Itulah gerak panjang HTI yang
sudah mereka susun dengan baik. Dan -sekali lagi- mereka tidak malu-malu
untuk mengungkapkan itu di depan publik.
Video yang viral dimana Mardani
Ali Sera, ketua DPP PKS, berpasangan dengan Ismail Yusanto, petinggi HTI,
menunjukkan betapa HTI masih dengan bangga memproklamirkan ideologinya.
"Ganti sistem.." Kata Ismail disamping Mardani yang berseru,
"Ganti Presiden.."
HTI jelas tidak takut pada
pemerintah Indonesia, yang dinilai tidak sekeras pemerintah Turki, misalnya,
dalam menindak orang-orang HTI.
Di Turki tahun 2009, pemerintah
sana menahan orang-orang Hizbut Tahrir, bukan hanya membubarkan ormasnya. Bahkan di
Rusia, HT dikategorikan sebagai organisasi teroris. Di Malaysia saja,
pemerintah sana pada tahun 2015 memfatwakan, bahwa HT adalah kelompok yang
menyimpang dan siapapun yang mengikuti gerakan pro-khilafah akan menghadapi
hukum..
Kenapa Jokowi tidak bisa keras
dan tegas pada HTI ini?
Sulit. Karena jika Jokowi pakai
tangan besi dalam menindak orang-orang HTI, maka isu "anti Islam"
akan digoreng keras dan dijadikan rudal untuk menjatuhkannya. Lawan Jokowi
sudah terlalu banyak, mulai mafia sampai politikus, sehingga ia kesulitan jika
menghajar mereka pada saat bersamaan. Karena itulah Jokowi merapatkan barisan
dengan kyai-kyai NU, dalam misi perang panjangnya.
Perang ini akan dimulai Jokowi
jika ia sudah pasti menjabat satu periode lagi. Pada periode kedua itu, Jokowi
akan "nothing to lose" sehingga mudah menangani mereka.
Itulah sebab, Jokowi harus
didorong untuk memenangkan "perang" dalam Pilpres ini. Sesudah itu
kita dorong ia untuk lebih keras terhadap keberadaan HTI dan ideologi
khilafahnya. Kalau tidak, negara kita akan kacau terus karena menghadapi
ideologi yang tidak akan mati selama jasad mereka masih ada dibadannya..
Membela Jokowi adalah membela
kebhinekaan dan kesatuan negara Republik Indonesia dari rongrongan pemuja
khilafah..
Seruput dulu kopinya?