![]() |
Make America Great Again |
"Make America Great Again
!"
Ini adalah kampanye Donald Trump
waktu pilpres di Amerika thn 2016 lalu. Meski banyak yang protes bahwa itu juga
slogan kampanye Ronald Reagan tahun 1980, tapi Trump tidak perduli. Dia ingin
memakai slogan itu dalam kampanyenya.
Perhatikan cara pemakaian
katanya.
Timses Trump memainkan klaim
"America" seakan-akan Donald adalah leader dari bangsa mereka. Ini
jelas klaim dan diprotes oleh dua mantan Presiden, yaitu Barrack Obama dan Bill
Clinton.
Menurut Obama, "slogan itu
memecah belah bangsa". Kata Clinton, "Amerika sudah hebat. Untuk apa
harus dibilang hebat lagi ?"
Tapi slogan itu jelas ditujukan
bukan buat mereka berdua, melainkan ke warga Amerika kulit putih yang terpuruk,
kalah dan susah, untuk bangkit dan memenangkan pertandingan. Trump memainkan
isu bangkitnya supremasi kulit putih melawan dunia dan klaim
"America" sah-sah saja.
Sedangkan kampanye Hillary
Clinton khas wanita yang membutuhkan "bahu dan dada bidang" untuk
menguatkan. Lihat saja slogannya, "Stronger Together", "Fighting
for Us". Dan lagu-lagunya juga menggambarkan kewanitaan, seperti
"Brave" dan "Fight Song".
Trump tidak. Dia memainkan
glorifikasi besar-besaran. Sebuah impian dari keterpurukan, ketidakpunyaan, dan
harus diambil selagi bisa. Slogan-slogannya, "Make America Proud
Again", "Make America Work Again" dan "Silent Majority
stands with Trump".
Lagu yang dipake juga
menggambarkan keinginan yang tidak tercapai seperti "You cant always get
what you want" dari Rolling Stones dan "American dreamer".
Timses Trump membangun mimpi dari rasa kalah yang terjadi di komunitas kulit
putih selama ini.
Dari pemilihan slogan dan lagu
ini, saya melihat bahwa Trump mampu membangun kebutuhan sebagian besar rakyat
Amerika. Yaitu kebutuhan akan pengakuan, akan pekerjaan, mimpi untuk menjadi
besar di tanah yang besar.
Trump berbicara tentang dunia dan
Hillary berbicara tentang dirinya.
Pada akhirnya Hillary kalah,
mungkin karena ia tidak mewakili banyak orang. Ia hanya mewakili mimpinya
sendiri. Semua puja puji terhadap model slogan yang sempurna itu hancur karena
ternyata sama sekali tidak "bunyi".
Pemilihan Presiden di Amerika
sedikit mempunyai kemiripan dengan Indonesia, terutama dalam masalah kampanye.
Dan ini bisa jadi acuan pada timses kedua paslon Jokowi dan Prabowo di
Indonesia.
Saya membayangkan, Prabowo yang
sudah diuntungkan dengan kata "GantiPresiden" akan mengubah kata
"Ganti" itu menjadi "Lawan". Dan ini tentu ditujukan pada
Jokowi.
Kata "Lawan" ini
disukai generasi milenial, generasi pemberontak, karena "Gue Banget".
Timses Prabowo akan bermain
menyerang. Mereka adalah oposisi atau penantang, tentu bebannya tidak seberat
petahana atau pemegang sabuk kejuaraan. Yang masalah memang di petahana ini.
Karena sudah pernah menang, mereka akan memainkan konsep bertahan.
Menarik memang melihat perjalanan
kampanye ini dari awal. Secangkir kopi memang tidak cukup untuk mengamati apa
yang akan dilakukan kedua timses dalam perjalanan Pilpres 2019..
Seruput dulu ahhh..