![]() |
Jokowi |
Sudah lama saya tidak kritik
Jokowi. Ia juga bukan manusia sempurna, jadi seharusnya kritikan yang tepat
harus ia terima..
Tahun 2014, saya dan banyak orang
lain memilih Jokowi. Kenapa ? Karena ia adalah kita. Kita yang memimpikan sosok
yag sederhana sebagai perlawanan pemimpin borjuis yang memamerkan harta dan
partai keluarga.
Kita memilih Jokowi karena ia
adalah pemimpin revolusi dari tatanan yang rusak di negeri ini. Ia adalah suara
rakyat kecil yang bergerak demi tercapainya harapan akan keadilan sosial bagi
seluruh negeri. Dan Jokowi bisa mewujudkan harapan ini, di tengah gempuran mereka
yang tersingkir sesudah sekian lama merampok sana sini.
Pada titik itu, Jokowi menjelma
menjadi kita yang sesungguhnya.
Tetapi "kita" pada
tahun 2014, sudah bukan "kita" lagi sekarang ini. Sekarang
"kita" sudah berubah, berpikiran lebih maju, lebih mapan, dan ingin
sesuatu yang berada di depan.
Disinilah Jokowi tidak menjadi
"kita" kembali. Ia menjadi orang lain yang terlihat sibuk bertahan
memamerkan program-program yang telah dicapai. Ia menjadi menjadi orang lain
yang sibuk dengan masalah sehari-hari tanpa menawarkan konsep yang melompat ke
depan.
Jokowi menjadi seperti merk
Iphone, yang berubah nama tetapi teknologi tetap sama. Tidak ada sesuatu yang
baru untuk ditawarkan kedepannya, tetapi tetap harus dijual demi kelangsungan
usaha. Kehabisan ide dan strategi yang memukau, yang membuat kita membelinya
karena terpukau.
Tagline "Indonesia
Maju" adalah jualannya. Tapi masalahnya, maju seperti apa yang ingin
dicapai ? Tidak ada penjelasan, yang ada hanya retorika. Tidak pernah
diwujudkan dalam bentuk visual yang membuat kita bergumam, "Oh, seperti
ini kelak negeri ini jika Jokowi memimpin kembali." Kita juga perlu mimpi,
tawarkan itu sebagai sebuah strategi.
Tahun-tahun kedepan, semua akan
berubah. Teknologi akan mengambil banyak sisi kehidupan kita. Dan Jokowi hanya
menyiapkan anak-anak muda sebagai pekerja, padahal bidang itulah yang akan
banyak digantikan oleh robot-robot demi efisiensi dan efektivitas kerja.
Pembangunan infrastruktur
dimana-mana. Tetapi kenapa tidak pernah dijelaskan dampak infrastruktur itu
terhadap ekonomi di daerahnya ? Bahwa akan muncul kota-kota baru yang punya
potensi sesuai jati dirinya. Dan semua itu digambarkan lewat animasi 4 dimensi,
sehingga mata kita dimanjakan olehnya.
Yang ada sekarang hanya laporan
berupa angka, berapa kilometer yang sudah dibangun pemerintah. Padahal
masyarakat kita adalah masyarakat pemimpi, mainkan emosi mereka, jangan hanya
main di data..
Ah, terlalu banyak hal yang harus
dituliskan. Tetapi ada satu poin yang layak menjadi acuan. "Kita"
sekarang ini sudah baru dalam pemikiran, tawarkan "kita" sesuatu yang
baru sebagai harapan. Kita butuh sebuah lompatan, bukan sesuatu yang sedang
berjalan. Disinilah Jokowi banyak kekurangan. Ia hanya bertahan dan bertahan.
Seperti seseorang yang takut kehilangan kekuasaan.
Mungkin juga bukan salah Jokowi,
karena ia dikenal sebagai seorang yang mempunyai visi. Masalahnya mungkin ada di
sekitarnya, orang-orang lama yang tidak mempunyai imajinasi, dan lebih sibuk
dengan ketakutan akan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi. Jokowi perlu
penyegaran, baik dari sisi timses maupun yang ada di lingkaran.
Jika Jokowi bisa menawarkan
mimpi, maka ia akan menjadi kita kembali. Kita yang sudah muak dengan masalah
"agama" yang selalu dipelintir sana sini, tapi jarang berbicara
bagaimana peta Indonesia dalam penguasaan teknologi sekian puluh tahun ke
depannya.
Untung saja, lawan Jokowi tidak
pintar. Hanya sibuk isu kesana kemari, tanpa menawarkan sesuatu yang baru yang
bisa membuat kita beralih. Pengennya seperti America Great Again, tapi jadinya
provokasi yang gagal maning gagal maning...
Bayangkan seandainya mereka
bicara tentang teknologi pembaruan, menjanjikan Indonesia menjadi negeri dengan
semua penguasaan, membuat sebuah video tentang canggihnya negeri ini kedepan,
tentu Jokowi akan kelabakan.
Untungnya mereka juga bukan
peminum kopi, yang memunculkan banyak imajinasi dan harapan, sebagai sesuatu
yang layak ditawarkan kepada bangsa ini yang sedang bergerak seperti buih
ditengah gelombang penguasaan dunia terhadap teknologi.
Jokowi harus berubah. Berubah
menjadi kita yang sekarang. Masih ada waktu untuk menawarkan sesuatu yang baru.
Bertahan bukan lagi opsi yang menjanjikan.
Seruput kopinya, kawan.