![]() |
Jokowi Meninjau Lokasi Gempa di Palu |
Demokrasi sejatinya adalah sebuah
pesta.. Pesta dimana rakyat bisa memilih
pasangan pemimpin yang mereka anggap mampu mengangkat harkat kehidupan dan
mampu menjadi corong suara mereka. Karena itu sebagai "pesta",
demokrasi haruslah berbentuk keceriaan dan kreativitas.
Tetapi sejak 2014, proses demokrasi
di Indonesia sudah berubah fungsi menjadi demokrasi hitam. Demokrasi hitam
adalah proses demokrasi yang penuh dengan kebencian, fitnah, hoaks dan
persekusi massa. Demokrasi hitam di Indonesia mencapai puncaknya di tahun 2017,
dimana terjadi tekanan aksi massa untuk mencapai tujuan kepentingan politik
sekelompok orang.
Karena itulah Jokowi bertekad
untuk mengembalikan proses demokrasi ke relnya. Ia menyelenggarakan Asian Games
dengan konsep entertaining untuk mengembalikan kembali warna-warna demokrasi di
negeri ini. Dan ia juga membranding dirinya dengan model komik supaya tumbuh
keceriaan di sana.
Lihat, tahun 2014, Jokowi
tergambarkan dalam bentuk komik Tintin karya Herge yang fenomenal.
Tetapi lawan politik Jokowi tidak
bisa seperti dirinya....
Mereka masih berpikiran ala
militer orde baru yang memainkan demokrasi dalam bentuk tekanan.
Strategi-strategi mereka kotor dan menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuannya. Dalam pikiran mereka, tujuan akhir adalah kemenangan, karena itu
segala cara dibenarkan.
Mereka memainkan isu-isu lama
untuk menaikkan tingkat kebencian di publik. Mereka memainkan agama sebagai
bagian dari konspirasi politik. Bahkan mereka memainkan uang sebagai pelumas
atas semua yang mereka lakukan.
Inilah yang harus dilawan Jokowi,
lawan terberatnya dalam Pilpres 2019 nanti. Dan serangan itu sudah mulai tampak
dalam kasus Ratna Sarumpaet dimana opini akan digiring untuk menjatuhkan Jokowi
karena ia dituding sebagai bagian dari PKI.
Lawan politik Jokowi tidak peduli
dengan dampaknya. Mereka menunggangi banyak isu untuk membenturkan dua kelompok
yang saling beradu. Mereka belajar dari kasus Ambon, kasus Poso, kasus Sampit
untuk diterapkan dalam politik yang lebih luas. Harus ada benturan, biar mereka
bisa muncul sebagai pahlawan. Mengembalikan dominasi militer kembali ke
permukaan supaya tercipta rasa aman.
Mampukah Jokowi melawan demokrasi
hitam yang diciptakan lawan sebagai senjata utama mereka untuk meraih
kekuasaan?
Kita lihat saja. Jokowi bukan
orang bodoh yang mudah terjebak umpan yang disodorkan lawan. Ia tipikal
petarung yang diam sejenak untuk memikirkan sekian langkah ke depan. Dan ketika
tiba saatnya menekan, ia menekan dengan cara yang efektif yang membuat lawannya
terdiam dan terjebak dalam strategi yang mereka ciptakan sendiri.
Pertarungan ini menarik, seperti
pertarungan antara si baik dan si jahat. Dan tentu kita ingin berpihak pada
siapa pun yang menawarkan konsep baik dalam kehidupan.
Seruput kopinya, kawan.
Tagar.id