![]() |
Sandiaga Uno di Pasar |
"Oke Oce gagal
total...," kata Sandiaga Uno lemah.
Oke Oce adalah mimpi program
pengentasan kemiskinan dan pembukaan lapangan kerja yang digagas Sandiaga Uno
saat menjadi Wakil Gubernur DKI.
Konsep awalnya saat kampanye
adalah dengan membantu orang untuk menjadi wirausahawan baru dengan diberi
pelatihan dan modal. Tapi pada penerapannya sesudah Sandi berhasil menduduki
kursi Wagub DKI, pemberian modal itu ternyata tidak ada. Nol besar.
Pemprov DKI hanya menjadi
fasilitator kepada calon wirausaha dengan pihak Bank, dengan bunga yang tinggi
juga, sekitar 13 persen per tahun atau 1,5 persen per bulan. Itu bukan menolong
orang tapi malah mengantarnya ke tiang gantungan.
Sesudah setahun berjalan, program
Oke Oce itu sendiri baru mencapai 3,31 persen. Jauh sekali dari target awalnya.
Dari target 44 gerai yang mau dibuka, baru 7 yang terlaksana. Itupun sudah
mulai tutup karena tidak ada pembelinya.
Jelas Oke Oce adalah program yang
gagal. Meskipun begitu, Sandiaga Uno memaksakan jika ia menjadi Wapres RI
nanti, ia akan mengangkat program Oke Oce ke tingkat nasional. Sebuah mimpi
yang dilahirkan dari sebuah mimpi lainnya.
Kenapa Oke Oce gagal?
Karena Oke Oce berkutat pada
model bisnis gerai minimarket konvensional, modalnya tentu sangat tinggi.
Lawannya adalah raksasa seperti Alfamart dan Indomaret, tentu tidak akan
bertahan. Apalagi di era teknologi ini, konsep gerai minimarket Oke Oce sudah
tidak relevan ketika perusahaan retail besar lainnya sudah bermain di online
untuk menekan biaya operasional.
Yang kedua, "pengusaha itu
binatang yang berbeda" kata seorang pengusaha besar. Menjadi pengusaha itu
tidak mudah, harus melalui ujian keras dan berbagai macam kegagalan sebelum
naik kelas. Jadi urusannya bukan hanya modal tetapi yang paling penting adalah
mental.
Berapa persen pengusaha yang
ingin diciptakan Sandiaga Uno dengan fasilitas yang ingin dia manjakan? Wah
bisa jadi dari seribu peserta manja, hanya satu yang punya mental pengusaha,
sedangkan modal sudah terlanjur beredar. Rugi bandar.
Inilah yang tidak diperhatikan
Sandiaga Uno. Ia memang bukan tipikal pengusaha yang mulai dari bawah. Sandiaga
Uno hanyalah pengusaha yang bermain di kertas keuangan. Jadi bagaimana ia bisa
tahu situasi pengusaha jika tidak pernah mengalami masa berkeringat dan susah?
Sebenarnya Sandiaga Uno tahu itu,
hanya ia menutupnya rapat-rapat. Baginya Oke Oce itu hanyalah sebuah kampanye
mimpi, menjual harapan. Tapi ia terus menjualnya karena ia tahu bahwa banyak
orang yang ingin naik status sosialnya tapi tidak mau bekerja keras. Pekerja
instan yang tahunya cuma "modal dan modal". Pas dikasih modal,
foya-foya kerjaannya.
Seharusnya Sandiaga Uno mulai
merevisi konsep Oke Ocenya, dan konsep baru ini yang dia tawarkan dalam program
kampanyenya. Tapi ia sendiri juga tidak paham, makanya ia hanya jualan
"rambut petai", "makanan Indonesia mahal" sampai
"tempe setipis ATM" sebagai mainannya.
Jadi bisa dibayangkan bagaimana
jika ia membawa program gagal itu ke tingkat nasional? Bisa jadi bukan gagal
total lagi, tetapi gagal global. Yang maju adalah bisnis debt collector karena
banyak para pemimpi yang harus dikejar dan ditagih utangnya.
Mungkin Oke Oce yang berhasil
hanya ada di tempat tidur. Ketika seorang suami senyum-senyum pada istrinya,
bertanya, "Oke, Ma?" Si mama tersenyum sambil siap-siap telentang,
"Oce, Pah...". Lalu di malam dingin itu terdengarlah suara orang
lari-larian, "Oke Oce... Oke Oce... Okeeee... ocehhhh...."
Seruput kopi dulu ah.