Tiba-tiba berseliweran di
timeline saya kisah tentang Miftahul Jannah.
Miftahul Jannah adalah atlet
putri asal Aceh di Asian Para Games 2018 dari cabang Judo. Sebenarnya dia belum
terlalu dikenal, sampai ada peristiwa yang lumayan kontroversial. Miftahul Jannah
menolak melepas jilbabnya saat bertanding.
Kekukuhan Miftahul Jannah ini
membuat penyelenggara acara kelabakan. Aturan internasional di Judo memang
tidak membolehkan para pejudo mengenakan pelindung kepala apa pun saat
bertanding. "Terlalu berbahaya," kata seorang teman.
Judo bukan seperti silat atau
karate, misalnya. Judo itu adalah ilmu bela diri dengan teknik membanting
lawan. Jadi posisi kedua petarung saling merangkul dengan mencengkeram baju
lawan dan berusaha membanting sekeras-kerasnya.
Nah dikhawatirkan, saat
cengkeraman itu terjadi, penutup kepala seperti jilbab, akan tertarik dan
mencekik pemakainya. Berbahaya, bisa menyebabkan kematian. Inilah yang
menyebabkan panitia meminta Miftahul Jannah melepas jilbabnya
Tetapi permintaan ini ditolak
Miftahul Jannah dengan alasan bahwa jilbab adalah perintah Tuhan dan dia tidak
mungkin melepasnya di hadapan orang-orang. Meskipun ia sudah dibujuk pelatih
sampai psikiater segala, ia tetap tidak mau melepas jilbabnya dan memilih
mundur dari pertandingan.
Salahkah Miftahul Jannah?
Jelas tidak, karena itu keyakinan
dia. Keyakinan mempunyai hak untuk dihormati. Tetapi penyelenggara acara juga
tidak salah karena mereka punya peraturan untuk menghindarkan kondisi bahaya.
Kalau terjadi apa-apa, misalnya atletnya tercekik, mereka juga yang kena
getahnya.
Yang salah sebenarnya adalah
pelatih yang sejak awal seharusnya sudah tahu bahwa dalam pertandingan, tidak
boleh memakai pelindung kepala. Atau kalau pun dia tahu, dia bisa
mensosialisasikan kepada atletnya seperti Miftahul Jannah. Kan kasian ketika
atlet sudah berada pada pertandingan besar, mendadak batal karena
ketidak-tahuannya.
Miftahul Jannah sebenarnya adalah
korban kurangnya komunikasi antara tim atlet dan penyelenggara acara yang
seharusnya tidak terjadi. Seharusnya sebelum pertandingan, masalah itu sudah
selesai di awal. Entah kenapa baru muncul saat pertandingan dimulai.
Jadi ini murni tidak ada
hubungannya sama agama seperti yang coba dihubung-hubungkan oleh para fanatik
dan ujung-ujungnya menyalahkan Jokowi. Apa korelasinya coba?
"Lah, trus apa hubungannya
sama Khabib Nurmagomedov?"
"Ngga ada sih. Saya cuma
membayangkan seandainya Khabib yang beragama sama seperti Miftahul
mempertahankan keyakinannya untuk memelihara jenggot panjang dengan dasar
Sunnah Nabi. Tentu itu merepotkan. Pas banting-bantingan, Khabib bisa tercekik
jenggotnya sendiri."
Temanku kesal. "Kalau Khabib
jenggotnya panjang, dia gak mungkin ambil olahraga tarung Martial Art. Dia
lebih milih catur atau golf saja. Lagian ngapain si Khabib udah menang pake
acara loncat pagar segala trus berantem ama penonton?" Sergahnya.
Dan diskusi panjang tentang
pertarungan UFC kemarin berlangsung lagi. Temanku pendukung Conor Mc Gregor.
Dia makin kesal sama Khabib karena gara-gara jagoannya kalah, dia harus bayar
kopi pagi ini..
Seruput..
Tagar.Id