![]() |
Foto |
"Nabi itu kan manusia biasa,
bang.."
"Darimana kamu tahu kalau
beliau manusia biasa ?"
"Ya, Nabi kan sama seperti
kita. Punya organ, punya tangan, punya kaki dan melakukan kegiatan seperti
manusia lainnya.."
"Kalau begitu kita sama
dengan monyet dong, kan punya organ, punya tangan dan kaki juga.."
"Ya, ngga lah bang. Kita kan
punya pembeda dengan monyet. Kita dikasih akal, tapi monyet tidak.."
Aku tersenyum.
"Kalau mulai disamakan
dengan monyet, kamu menolak. Mulai mencari perbedaan. Tetapi dengan para Nabi,
kamu mencari-cari persamaan. Itu sama saja dengan monyet mencoba menyamakan
dirinya dengan manusia.."
Temanku terdiam. Kali ini ia
tidak mampu mendebat. Logika berfikirnya mulai berjalan. Kulanjutkan..
"Pembeda manusia dan seorang
Nabi adalah ruhnya. Ruh seorang Nabi dan Rasul pasti suci. Dengan kesucian itu
tidak ada batasan baginya, tidak juga ada ruang dan waktunya. Itulah kenapa
seorang Nabi dan Rasul bisa bercerita dari awal penciptaan sampai akhir kehidupan.
Karena dalam ruh suci mereka sudah ada "program-program" yang kita
kenal dengan wahyu. Dengan wahyu itu, seorang Nabi dan Rasul memainkan perannya
sebagai penyampai pesan kepada manusia.."
"Apakah bungkus sebagai
manusia itu sebagai cara supaya mereka bisa berbicara dengan manusia, bang?"
Dan obrolan pun berlanjut sampai
tengah malam dengan cangkir-cangkir kopi yang terus terisi..
"Salam dan shalawat
kuhaturkan untuk manusia mulia, junjunganku Rasulullah Muhammad Saw. Semoga
kelak aku bisa mendapatkan syafaatmu..'