Tahun-tahun sebelumnya, beredar
perdebatan haram dan halalnya mengucapkan selamat Natal.
Perdebatan ini selalu ada di
setiap bulan Desember, di antara umat muslim moderat dan yang fundamental.
Masing-masing beradu argumen dengan menampilkan ayat dan hadis. Yang moderat
biasanya diwakili ulama NU seperti Gus Mus, sedangkan yang fundamental oleh
ulama karbitan seperti Felix Siaw.
Alasan si Islam fundamental yang
biasanya condong radikal ini adalah ucapan selamat Natal bagian mengakui
kekristenan, sehingga haram mengucapkannya.
Dan yang Kristen pun
geleng-geleng kepala melihat perdebatan ini. Mereka semakin apatis melihat
nasib Indonesia ke depan, yang berbeda jauh dari nilai toleransi yang mereka
alami pada waktu mereka kecil, dimana tidak ada batasan antar agama dalam
mengucapkan hari raya masing-masing, bahkan saling berkunjung dan membawa
makanan untuk saling menghormati.
Umat Kristen banyak yang tidak
paham, bahwa ketika umat Islam moderat mendebat masalah haramnya ucapan selamat
Natal yang digaungkan oleh mereka yang fundamental, itu bukan karena yang
moderat senang berdebat. Tetapi karena mereka melakukan perlawanan terhadap
"hukum-hukum" baru dalam agama di Indonesia yang dibawa kelompok umat
pengusung khilafah.
Kelompok pengusung khilafah ini
senang sekali membentur-benturkan masalah antar umat beragama dengan berbagai
macam pengharaman yang tujuannya adalah supaya antar umat beragama tidak ada
kerukunan.
Tetapi tahun 2018 ini sungguh
berbeda....
Mendadak viral ucapan selamat
Natal dari berbagai pondok pesantren kepada saudara mereka yang beragama
Kristen.
Keluarga Besar Pondok Pesantren
Subang Sunan Kalijaga, Bantul, Yogyakarta, pun bersama-sama mengucapkan selamat
Natal, tanpa peduli hukum "haram" yang digaungkan. Kyai mereka lebih
mengerti hukum daripada ustaz-ustaz media sosial.
Begitu juga viral video ucapan
selamat Natal dari santriwati di ponpes Ngalah Pasuruan. Dan diakhiri dengan
ajakan mempererat persaudaraan antar umat beragama dan bersatu menjaga negeri
tercinta.
Pesan-pesan menyejukkan ini
sangat berarti di tengah situasi panasnya negeri ini, menjelang Pilpres 2019.
Umat Kristen menerimanya sebagai sebuah pesan perdamaian dan membangkitkan
harapan bahwa Indonesia tidak semengerikan seperti yang mereka duga sebelumnya.
Masih banyak kelompok moderat yang ingin negeri ini tetap berada dalam koridor
Bhinneka Tunggal Ika.
Natal kali ini sungguh
menyenangkan. Adik-adik kita sudah mulai mengerti bahwa rasa damai itu harus
diperjuangkan. Karena jika kita diam, kerusakan yang terjadi akan semakin
melebar. Dan kita berjuang supaya negeri ini tidak rusak seperti yang pernah
dialami oleh Libya, Afghanistan, Pakistan dan Suriah. Juga tetangga kita di
Marawi Filipina sana.
Sejatinya agama itu adalah sebuah
petunjuk menuju jalan kebenaran. Biarlah masing-masing umat memegang kebenaran
mereka masing-masing, karena kebenaran itu adalah hak prerogatif Tuhan. Yang
umat wajib lakukan adalah menjaga hubungan personal antar sesama manusia dengan
penuh kasih sayang.
"Mereka yang bukan saudaramu
dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan. " Imam Ali bin abu thalib.
Mari seruput kopinya, kawan.
Tagar.Id