![]() |
Makam Albertus Slamet |
Stempel "minoritas"
menjadi ujian berat dalam menghadapi tekanan dari kelompok yang mengaku dirinya
"mayoritas". Mulai dari kasus Ahok, kasus Meiliana dan toa masjid,
pemboman gereja di Surabaya, sampai yang baru saja terjadi di Yogya ketika ada
penggergajian simbol mereka di pemakaman umum.
Tidak mudah menjadi umat Kristen
pada masa sekarang ini, terutama ketika virus intoleransi berkembang biak dan
merasuki sebagian umat Islam, imbas Arab Spring yang menghancurkan beberapa
negara di Timur Tengah. Gerakan-gerakan mengatas-namakan agama datang
bergelombang, menekan dari segala arah, menunjukkan dominasinya untuk menguasai
wilayah.
Tidak mudah memang membasmi virus
Intoleransi yang sudah berakar sejak lama itu. Virus itu menjangkiti banyak
elemen mulai pejabat, pengadilan, dokter, bahkan masyarakat biasa. Wabah
intoleransi ini adalah akibat dari pembiaran masa lalu, bahkan bagian dari
sesuatu yang dipelihara untuk menjadi senjata yang akan digunakan di waktu
tertentu.
Untunglah, Indonesia masih
diberkati. Masih lebih banyak umat Islam dan Kristen moderat yang masih kuat
menggenggam erat tangan mereka di masa sulit ini. Semakin digoyahkan dengan
ujian intoleransi, semakin kuat genggaman dikaitkan. "Jangan terpisah,
hancur nanti negara kita."
Kita harus berterima kasih pada
umat Kristen di negeri ini yang masih sabar dan berpegang pada ajaran Kasih
sebagai benteng kuat mereka. Saya tidak bisa membayangkan, jika nilai itu tidak
mereka genggam erat, mungkin akan ada balas dendam di daerah di mana mereka
mayoritas.
Mayoritas umat Kristen percaya,
bahwa masih sangat banyak umat muslim moderat seperti dari Nahdlatul Ulama yang
bisa menjaga persatuan Indonesia. Mereka sudah bisa memilah, mana yang radikal
dan mana yang sedang terjangkit penyakit mabuk agama. Tanpa NU, mungkin sudah
lepas tangan kita karena ada generalisasi terhadap agama.
Terima kasih saudara-saudaraku
umat Kristiani. Terima kasih atas kesabaran tinggi yang kalian miliki.
Percayalah, memberantas sikap dan
sifat intoleransi ini bukan hal yang mudah. Butuh waktu dan perjuangan yang
lama. Setahap demi setahap, karena jika mereka dilawan dengan pukulan,
gelombang panas akan kita rasakan.
Teruslah pegang ajaran Kasih itu.
Berilah kami yang muslim ini waktu untuk membereskan barisan kami sendiri. Kami
juga berjuang supaya agama ini tidak dikotori oleh perilaku-perilaku yang
mengotori ajaran ini. Berat memang, karena kami pun dimusuhi. Tetapi sangat
layak diperjuangkan untuk negeri yang indah ini.
Sebentar lagi Natal tiba. Dentang
lonceng akan bergema di mana-mana. Mari kita jadikan Natal tahun ini sebagai
Natal perjuangan bersama. Sebagai pengingat bahwa semua ujian-ujian yang
datang, akan mengangkat derajat kita ke tempat yang lebih tinggi, sehingga kita
kelak mampu menjadi seorang Kristen dan Muslim yang sejati.
Salam secangkir kopi....
Dari saudaramu yang bukan seiman,
tetapi sama dalam kemanusiaan