![]() |
Jokowi Tinjau Pembangunan Bendungan Ciawi |
Membuka tahun 2019 ini, saya
ingin memberikan peringatan untuk timses Jokowi.
Ingat Pilgub DKI? Di sana ada
pola yang mirip dengan yang sedang dijalankan untuk menjatuhkan Jokowi.
Kita tahu, Ahok adalah Gubernur
yang sangat berprestasi diluar masalah kekasaran ucapannya. Prestasi-prestasi
Ahok membangun rasa cinta dan dukungan yang kuat dari banyak masyarakat. Dan
ini menakutkan lawan politiknya.
Karena itu, mereka segera
membangun narasi baru supaya orang segera melupakan prestasi yang dibangun
Ahok. Maka muncullah narasi pemimpin non muslim, China, dan terakhir pukulan
telak melalui Almaidah. Timses Ahok hanyut dalam narasi itu dan menari di atas
genderang lawan. Habis sudah narasi prestasi, terhapus oleh narasi receh yang
digempurkan berhari-hari.
Melalui apa mereka menggempur
narasi prestasi Ahok? Melalui pembicaraan di media sosial, sampai demo besar
yang bergelombang bak tsunami.
Situasi yang sama kita lihat pada
Jokowi.
Prestasi-prestasi besar Jokowi
ingin ditenggelamkan dengan narasi receh sebagai umpan. Teori Firehose of
Falsehood yang diyakini oleh timses Jokowi sedang dipakai oleh tim Prabowo,
dijadikan sebagai pancingan untuk menyeret mereka ke medan pertarungan berbeda.
Tanpa disadari, timses Jokowi
hanyut dalam narasi-narasi receh. Terakhir Andi Arief berusaha membangun narasi
baru dengan memanfaatkan bola mata Novel Baswedan. Mereka terus menerus membuat
ketukan-ketukan gendang baru supaya timses Jokowi terus menari di atas
iramanya.
Apa tujuannya? Sama seperti Ahok,
supaya orang melupakan prestasi besar Jokowi. Dengan begitu, lebih mudah
menghantam Jokowi ketika ia keluar dari panggungnya. Tim lawan sendiri sedang
menyiapkan narasi pamungkas -seperti Almaidah di masa Ahok- untuk menggulung
semua narasi prestasi Jokowi ke dalam tanah.
Ketidakmampuan timses untuk
membesarkan prestasi besar Jokowi adalah kelemahan terbesar mereka. Mereka
malah sibuk dengan data dan infografis yang tidak mempunyai ikatan emosional dengan
pemilih awam. Mereka lupa, pihak lawan tidak bermain dengan fakta. Fakta adalah
apa yang mereka sampaikan, bukan yang sebenarnya terjadi.
Yang terjadi, timses Jokowi yang
seharusnya menentukan arah permainan, malah terbawa permainan lawan. Bermain di
wilayah yang tidak mereka paham. Terpancing berperang di medan lawan.
Ingat, Ketua Timses Prabowo Djoko
Santoso adalah militer yang ahli strategi perang. Dia bukan akademisi yang
sibuk dengan statistik, tetapi orang lapangan. Cara melawannya tentu dengan
strategi militer juga. Pancing mereka ke medan pertarungan dimana mereka tidak
punya andalan, yaitu prestasi. Prestasi versus Prestasi. Bukan sibuk bermain di
wilayah agama dan receh lainnya yang membuat swing voters makin muak dengannya.
Nah, bagaimana cara mengingatkan
kembali prestasi besar Jokowi sehingga tertancap di benak para pemilih?
Kita bahas nanti sambil seruput
secangkir kopi.
Tagar.Id