Tanpa sadar, timses Jokowi digiring untuk bermain di wilayah identitas atau
agama.
Sebenarnya langkah Jokowi sudah bagus dengan merekrut KH Maaruf Amien.
Menjadikan KMA sebagai Cawapres bagian dari menjaga supaya politik identitas
tidak dijadikan sebagai serangan. Ibarat main bola, Jokowi sudah menyiapkan bek
handal yang akan membayangi supaya serangan di wilayah agama tidak membobol
gawang.
Masalahnya adalah timses Jokowi terjebak permainan lawan dengan bermain di
model yang sama. Mereka malah menyiapkan serangan dengan memainkan kartu agama
sebagai ujung tombak serangan.
Padahal pola serangan identitas ini adalah pola yang sangat dipahami lawan.
Mereka yang menciptakan, mereka juga yang jago dalam menangkal. Itu seperti
Real Madrid malah main dengan pola tiki taka, pola yang sangat dikenal oleh
lawan karena memang mereka yang menciptakan.
Timses Jokowi lupa akan potensi sebenarnya Jokowi. Mereka sibuk mengikuti
gendang tarian lawan, dan tidak ingat untuk mengatur irama permainan sendiri.
Mungkin ada rasa ketakutan kalau pola tiki taka akan menjebol gawang.
Padahal, seandainya timses mampu memainkan potensi Jokowi, mereka punya
kans menang lebih besar. Tapi nyatanya permainan bola mereka tidak berkembang.
Apa potensi terbaik Jokowi ?
Tentu prestasi. Prestasi Jokowi bisa dibilang revolusi, mulai dari
pembubaran Petral, HTI sampai pengambil alihan Freeport. Sayangnya, potensi ini
tidak dikembangkan dengan cara-cara apik supaya bisa membesar. Kalau cuman pemberitaan
media dan infografis berisi penjelasan teknis, tidak ada emosi disana.
Ini kelemahan terbesar timses Jokowi.
Catat, dalam media sosial, fakta adalah tergantung siapa yang bicara bukan
bukti sebenar-benarnya. Jadi mainkan emosi, jangan bermain di angka.
Isu receh biar urusan netizen yang menghadang dengan meme-memean. Timses
utama Jokowi jangan terikut sehingga larut dalam permainan yang tidak membawa
dampak apa-apa.
Oposisi sangat pandai memainkan pola terzolimi, sehingga jika mereka
diserang terus-terusan di wilayah recehan, mereka akan sangat mudah menaikkan
elektabilitas bahwa mereka sedang dikeroyok. Elektabilitas ini akan datang dari
swing voters yang merasa bahwa mereka sedang membela seseorang karena difitnah.
Ingat sekali lagi, ini permainan rasa bukan fakta.
Jaga politik identitas, tapi jangan memainkannya sebagai serangan. Karena
itu tidak menambah simpati pada Jokowi, malah akan menambah dukungan pada
sebelah.
Kalau pun swing voters juga tidak suka pada Prabowo, mereka akan golput karena
merasa timses Jokowi sama menjijikkannya dengan pendukung Prabowo. Kehilangan
suara swing voters akan menyakitkan dan bisa melemahkan.
Menarik kan ? Mari kita bantu timses Jokowi dalam menganalisa permainan.
Supaya kita juga cerdas dan tidak terjebak genderang lawan..
Seruput??