Dalam perang global masa kini,
nuklir bukan lagi menjadi senjata andalan.
Para pemegang strategi militer di
negara barat sudah paham bahwa senjata nuklir tidak akan mendapat simpati dari
seluruh dunia ketika mereka akan menyerang. Tragedi bom atom di Hiroshima
Jepang, menjadi pelajaran berharga karena peristiwa itu menjadi jejak hitam.
Sejak perang di Afghanistan,
badan intelijen AS sudah menemukan satu resep andalan dalam menguasai wilayah
di satu negara, yaitu dengan pembodohan. Pembodohan ini haruslah dikemas dalam
bentuk agama, dengan mengirimkan "ustaz-ustaz" hasil didikan jaringan
mereka ke banyak negara.
Pembodohan atas nama agama
memunculkan kefanatikan kepada pemuka agamanya. Dan tombol-tombol disiapkan
untuk menggulingkan pemimpin negara yang tidak mengikuti keinginan mereka.
Resep ampuh ini digunakan untuk menghancurkan Libya, Irak, Afghanistan, Suriah
dan Yaman.
Indonesia pun tidak ketinggalan.
Hasil ajaran doktin selama
puluhan tahun di majelis-majelis, masjid-masjid dari ustaz lulusan luar negeri,
menghasilkan senjata-senjata yang mengerikan. Umat-umat banyak menjadi zombie
yang intoleran dan beringas.
Mereka hanya patuh kepada
orang-orang yang mereka sebut ulama, yang sejatinya hanyalah orang bayaran. Mereka
digiring untuk membersihkan jejak kriminal sampai melegalkan politik hitam.
Itulah kenapa mereka sedang
melawan Jokowi sekarang. Jokowi melakukan pembangunan infrastruktur dari ujung
barat ke timur untuk meningkatkan ekonomi sekitar. Jika kelak perut kenyang,
dan pendidikan baik, maka sulit radikalisme akan merusak otak manusia.
Jika apa yang diinginkan Jokowi
terjadi, maka para pemuka agama yang berkuasa atas umatnya dengan menerapkan
pembodohan dan kemiskinan akan kehilangan kuasa. Kata-kata mereka tidak berarti
apa-apa lagi, kecuali hal-hal yang baik-baik saja.
Saya awalnya skeptis melihat
situasi yang terjadi di Indonesia yang sedang menuju kehancuran.
Tetapi ketika melihat munculnya
gerakan turun ke jalan para silent majority yang dipimpin para intelektual,
para alumni perguruan tinggi terkenal, saya melihat harapan. Bahwa banyak yang
peduli atas nama bangsa ini, yang muak melihat pembodohan terjadi, dan tidak
ingin kehilangan akal sehatnya.
Indonesia bergantung pada kaum
intelektual, mau dibawa ke mana negeri ini. Apakah mau dibawa menjadi negara
maju dan sejahtera, atau mau hancur seperti Suriah?
Bangkitlah kaum intelektual.
Selamatkan negeri ini dari kebodohan dan pembodohan. Jalan perjuangan itu
panjang dan tidak mudah. Tetapi setidaknya kegelisahan kalian mempunyai suara.
Satu waktu, kita akan seruput
secangkir kopi, sambil bercerita tentang perjuangan kita bersama-sama.
Tagar.id