![]() |
Jokowi tinjau Tol |
Seorang teman masih minta
dijelaskan bagaimana cara Jokowi membangun jalan tol dengan cepat pake bahasa
yang sangat sederhana..
Sesudah putar otak dengan bantuan
segelas kopi sebagai penghangat, akhirnya kucoba menjawabnya..
"Begini, anggap kita ini
punya rencana untuk bangun jalan tol dari ujung ke ujung. Tapi kita gak punya
duit.
Akhirnya kita panggil si Udin
pengusaha. "Din lu bangunin jalan tol buat gua ya. Semua biaya lu yang
keluarin, mulai dari pembebasan tanah sampai pembangunan. Nanti jalan tol itu
berbayar untuk ganti duit lo.."
Ini yang dinamakan skema PPP atau
Private-Public Partnership atau kerjasama pemerintah dengan swasta. Ini yang
sejak dulu dilakukan pemerintah.
"Darimana untung si Udin
?" Ya, dari pembayaran setiap ada kendaraan yang pake jalan itu.
"Trus, darimana untungnya
kita sebagai pemerintah ?" Nanti setelah 30 tahun, sesudah duit si Udin
balik modal, jalan tol itu milik kita semua. Ini yang dinamakan KONSESI. Bangun
infrastruktur gak pake uang pemerintah..
Dan skema ini sudah ada sejak
lama, sejak zaman Soeharto. Jadi kalau Sandiaga Uno kembali praktekkan skema
lama ini, trus apa yang baru ? Gak ada.
"Ada masalah di skema PPP
itu ?"
Nah ini dia. Sesudah menang
lelang kontrak pembangunan tol, si Udin ternyata gak punya duit. Dia menang
lelangnya aja sogok sana sogok sini.
Akhirnya Udin dagangkan saham
surat menang lelang itu ke si Ocay. Ocay beli, tapi dia juga tidak punya duit,
akhirnya dia jual saham surat itu ke si Abud. Begitu terus yang mereka lakukan.
Dan ini terjadi di tol BecakAyu
sejak 1996 dan tol Bocimi sejak 1997. Sekian puluh tahun tidak dibangun-bangun
padahal sudah peletakan batu pertama segala. Mereka cuman dagang-dagang surat
doang, niat bangunnya kagak. Mangkrak krak..
"Apa bedanya dengan yang
dilakukan Jokowi ?"
"Nah, Jokowi ini cara
berfikirnya berbeda. Kalau model skema PPP begitu terus, kasusnya bisa seperti
si Udin. Akhirnya dibangunlah satu model baru yang butuh keberanian tinggi.
Dengan hutang. Pemerintah ambil alih sebagai pelaksana, bukan cuman bikin
lelang doang.
Lewat BUMN, Jokowi berhutang
untuk bangun jalan2 tol itu. Bahkan Tol BecakAyu dan Bocimi pun dibeli
sahamnya, lalu langsung dikerjakan gak nunggu lama. Makanya pembangunannya
cepat sekali..."
"Wah, kok hutang ? Nanti
bayarnya gimana ??"
"Bentar dulu.." Aku
tersenyum sambil seruput kopiku.
"Sesudah tolnya jadi, atau
bahkan setengah jadi, BUMN itu sudah menjual saham-saham tol itu. Tentu akan
jauh lebih menarik buat si Udin, si Acoy dan si Abud sebagai investor, karena
mereka gak perlu pusing lagi dengan harus bebasin tanah, perijinan dan segala
macam.
Bisnisnya sudah pasti, sudah bisa
dihitung. Meskipun mereka beli agak mahal daripada waktu belum jadi, setidaknya
mereka keluar duit sudah tahu kapan modalnya kembali.
Itu sama seperti bisnis properti.
Ada investor yang baru mau beli, kalau unitnya dah jadi dulu, bukan baru bentuk
gambar doang. Kalau unit sudah jadi kan gak deg2an, meski belinya sudah pasti
lebih mahal dari jika masih bentuk gambar..
Nah, kalau sahamnya sudah dibeli
si investor, kita bisa bayar hutang yang kemaren. Selesai kan ? Kita masih
dapat untung dari KONSESI selama 30 tahun itu.."
"Ohhh pantas cepat banget
itu tol dibangun. Rupanya model pembiayaannya dibalik ma Jokowi. Pintar juga
dia ya.."
Ya pintar dong. Dia pengusaha,
jadi paham skema-skema bisnis yang menguntungkan. Pengusaha itu, masalah aja
dijadikan peluang. Bukan peluang malah dijadikan masalah.
"Kalau gitu, tolong bayarin
dong bang. Gua tadi kopi dua gelas, sama tahu isi 3 biji.."
"Lah kok malah jadi gua yang
bayarin??".
"Kan abang talangi dulu
pembayarannya, nanti gua bayar nyicil ke abang. Daripada gua hutang ke ibu
warkop, nanti kita gak bisa lagi ngopi disini".
Sungguh aku geram. "Nama gua
Denny, bukan Udin!!!"