![]() |
Jokowi dan KH Ma'ruf Amin di Menara MUI |
"Kenapa Ma'ruf Amin???"
Begitu ungkapan banyak orang
dengan nada kecewa berat, termasuk saya. Saya dulu sudah menyangka bahwa Mahfud
MD lah yang akan mendampingi Jokowi dalam pertarungan.
Lama saya mengira-ngira maksud
Jokowi dengan jelas, dan baru ini saya mendapat gambaran yang lebih jelas dan
lengkap.
Jawa Barat adalah provinsi dengan
jumlah penduduk terbesar se-Indonesia.
Dalam Pemilu 2019 ini, KPU menetapkan
jumlah pemilih tetap di Jawa Barat sebanyak lebih dari 32 juta pemilih.
Digabung dengan Banten, maka diperkirakan pemilih di sana mencapai 25 persen
dari total pemilih seluruh Indonesia.
Di kedua provinsi ini, pada tahun
2014 Jokowi kalah telak. Ia hanya mampu mendapatkan 39 persen lebih suara,
dibandingkan Prabowo.
Apa masalahnya?
Sejak masa orde baru, di Jawa
Barat tumbuh kelompok-kelompok Islam baru, yang tidak terikat kuat dengan
kelompok Islam lama seperti NU dan Muhammadiyah. Kelompok Islam baru ini
biasanya mengikat pada tokoh-tokoh agama lokal. Dan sejak lama di Jawa Barat,
sudah ditanamkan bahwa di sana ada dua kelompok yang berseberangan, yaitu Islam
dan Komunis.
Inilah yang terus terbawa dalam
budaya masyarakat Jawa Barat dan banyak dari mereka meyakini hal itu. Dan pada
masa Soeharto pulalah, stereotip komunis diarahkan ke partai PDIP, dimana
partai ini adalah representasi dari Bung Karno yang dulu dituding sebagai
bagian dari komunis.
Dan ketika Jokowi hadir di sana,
maka stereotip komunis terhampir pula padanya. Inilah yang terus digaungkan
oleh lawan politiknya, Prabowo, bahwa mereka sedang melawan bangkitnya
komunisme yang dibawa oleh Jokowi.
Menariknya, isu ini diyakini juga
oleh orang-orang berpendidikan di Jawa Barat. Di benak mereka tergambar bahwa
mereka berpegang teguh pada agama - dalam hal ini Islam - melawan komunis.
Jokowi masih tertolong di Jawa Barat melalui pemilih yang bersuku Jawa di
Cirebon karena adanya kesamaan suku.
Pemilihan KH Ma'ruf Amin adalah
kebijakan yang strategis. Untuk merebut Jawa Barat. Ma'ruf Amin di Banten
adalah seorang tokoh agama, ulama, dan berasal dari suku Sunda.
Dengan menggandeng Ma'ruf Amin,
Jokowi sedang menetralisir isu PKI yang melekat pada dirinya terutama untuk di
Jawa Barat. Ia menggunakan isu identitas untuk merebut wilayah yang kuat isu
identitasnya. Dalam pengertian sederhana, tidak mungkin Jokowi menang di Jawa
Barat jika ia tidak mengambil narasi Islam karena memang budaya lokalnya
begitu.
Dan dengan menggandeng KMA, maka
Prabowo akan sulit sekali memainkan isu PKI. Meskipun masih ada yang percaya
Jokowi PKI, tapi pelan-pelan tergerus, tidak sebanyak sebelumnya.
Dan benar saja. Ma'ruf Amin belum
lagi gerak, tetapi survei sudah menghitung bahwa Jokowi sudah menang tipis di
Jawa Barat. Ini yang menakutkan Prabowo jika Jokowi merebut Jawa Barat, maka
dia akan kehilangan basis pemilihnya yang terbesar dan terkuat.
Dari sini kita melihat keunggulan
Jokowi dalam menerapkan strategi perangnya. Kita mungkin tidak suka dengan
pilihannya, tetapi dia punya strategi tersendiri untuk memenangkannya.
"Jawa adalah koentji."
Itulah yang dipegang Jokowi. Cukup dia pegang Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa
Tengah, sesungguhnya Pemilu sudah selesai. Karena di sanalah pemilih-pemilih
terbesar di Indonesia.
Mungkin dulu ketika akhirnya
Jokowi memilih Ma'ruf Amin sebagai wakilnya, Prabowo langsung masuk rumah sakit
dan ganti selang 40 kali. "Kok ya pintarrr si begeng itu...."
Seruput.
Tagar.Id