"Memahami politik itu tidak
mudah.. "
Kata seorang teman yang sejak
muda memang sudah bergumul di bidang politik. Masa orde baru sebagai mahasiswa,
dia sudah berani terang-terangan muncul sebagai penentang rejim yang berkuasa.
Kebetulan kami sedang ngobrol bersama di warung kopi di satu daerah di Jawa
Tengah..
"Politik itu seni.
Benar-benar seni. Sulit diperkirakan kemana arahnya. Benar seperti kamu bilang,
seperti langkah catur. Bukan karate atau tinju yang langsung berhadap-hadapan.
Penuh dengan gerakan memutar, mencari titik lemah lawan, kadang berteman dengan
lawan dan banyak lagi strategi yang baru bisa diketahui arahnya sesudah semua
selesai.."
Ia menyeruput kopinya.
"Seperti ketika ada seorang
nasionalis bicara untuk razia buku PKI. Apakah dia benar-benar merazia buku PKI
? Bukan. Dia bicara itu untuk meredam tudingan PKI ke arahnya. Dia harus
berfikir sesuai orang berfikir terhadap dia. Kalau dia lawan tudingan itu,
padahal gelombang tudingan itu menuju dia, bisa hancur dia..
Jadi politikus juga harus bisa
bergerak mengikuti ombak, sambil pelan-pelan mengarahkannya ke tempat tenang.
Di tempat tenang, karantina. Batasi aksesnya. Akhirnya dia bisa menguasai arus
suara yang ada.."
Aku terdiam mendengarkan ia
bicara. Menarik sekali membangun wawasan baru.
"Ahok itu bukan politikus.
Dia birokrat. Dia lurus, kaku, memang birokrat harus seperti itu. Dia jujur
bersih, iya. Tapi ketika dia menjadi politikus dia harus mampu berselancar di
arus yang bertentangan dengannya dan menguasainya. Kalau tidak, ia hancur
berkeping.
Dia di catur itu ibarat benteng,
gagah tapi jalannya hanya bisa lurus gak bisa kemana-mana. Kalau maen layangan,
dia maen tarek terus, gak pernah ngulur, jadinya putus..
Kalau Jokowi itu asli politikus.
Langkahnya sulit dicerna. Bahkan malah sering dimaki sama orang yang gak
ngerti, daripada dipuji. Tapi semua langkahnya efektif. Buktinya apa ? Petral
habis, Freeport direbut, mafia pangan dibekuk.
Tapi dia masih aman sampai
sekarang, karena lihai. Dia seperti berteman dengan musuhnya, padahal aslinya
menusuk. Si musuh baru tahu kalau dia luka, sesudah Jokowi pergi jauh. Telat,
bah !"
Kami ketawa terbahak-bahak. Seru
juga sore ini.
"Bagaimana untuk tahu
strategi politik seseorang supaya kita mengerti langkahnya ?" Tanyaku
penasaran.
"Ya, gaul. Gaul ma
orang-orang politik. Gaul ma banyak orang, jadi bisa melihat karakter
masing-masing pelaku politik. Semakin luas pergaulanmu, semakin pintar.
Bagaimana bisa kamu menebak arah politik seseorang, kalau kamu paham dia pun
tidak ? Akhirnya cuman onani pikiran doang bisanya..
Satu hal penting yang bisa
dijadikan patokan, adalah karakter utama si pelaku politik itu sendiri.
Kalau dia pada dasarnya baik,
maka strategi yang dia lakukan, meskipun kamu kadang tidak berkenan, pasti
menuju kebaikan. Begitu juga sebaliknya, jika orang itu jahat..."
Ah, mengerti aku jadinya.
"Lu kan dulu raja golput.
Trus sekarang golput atau nggak ?"
Dia ngakak.
"Gua dulu golput karena
melawan pemerintahn zolim. Golput menjadi perjuangan. Lha, sekarang
pemerintahnya bagus, mau jadikan negeri ini besar, ngapain golput ? Justru
Golput itu zolim, karena sudah dikasih peluang bagus, kok malah dibuang.
Berjuang itu bukan hanya melawan kezoliman, tetapi juga bagaimana mendorong
kebaikan.
Jangan sampai apa yang gua
perjuangkan di masa orba, malah gua jadi penghalangnya di masa sekarang.."
Kuangkat secangkir kopiku
tinggi-tinggi padanya.