"Ada kasus besar...."
Begitu kata Laode M Syarif, Maret
lalu. "Kasusnya lebih besar, lebih rumit dan lebih canggih dari
e-KTP."
Kasus apa itu? Laode tidak bicara
dengan jelas karena kasusnya sedang dalam penyelidikan. "Modusnya
transnasional, penggabungan sistem perbankan dengan konvensional dan
transaksinya dibuat menggunakan kamuflase atau kode-kode yang tidak bisa dibaca
secara biasa."
Sebagai pengingat, kasus e-KTP
yang menjebloskan Setya Novanto, mantan Ketua DPR dihukum 15 tahun penjara.
Kerugian negara diperkirakan hampir 3 triliun rupiah dan diselidiki KPK mulai
2010.
Dan tadi malam rumah Laode M
Syarif di Kalibata dilempari bom molotov. Begitu juga rumah ketua KPK Agus
Rahardjo di Bekasi, ditemukan paralon yang dibungkus menyerupai bom.
Teror terhadap ketua KPK ini
kemungkinan besar berkaitan dengan penyelidikan besar yang mereka lakukan. Ada
yang mencoba mengintimidasi mereka supaya kasusnya tidak diteruskan.
Sebenarnya kasus apa sih itu?
Rasa penasaran sempat membuatku mencari informasi kesana kemari. Dan seorang
teman membisikkan sesuatu.
"Itu kasus korupsi dan
uangnya dibawa ke luar negeri. Mega korupsi. Rencananya uang itu akan dibawa
masuk ke Indonesia untuk mengacaukan Pemilu kita. Tapi pemerintah cerdik. Lewat
kerja sama dengan pemerintah Swiss, uang-uang itu bisa dilacak."
Temanku menyeruput kopinya dan
melanjutkan bicaranya dengan sangat hati-hati.
"Ada orang besar yang kita
semua kenal yang menjadi incaran. Dia panik dan mulai menyerang sana sini.
Sebenarnya KPK mengarah ke anaknya, tapi anak ini adalah anak kesayangannya
makanya dia ngamuk ke mana-mana...."
Ugh, aku sudah mulai bisa
membayangkan siapa di balik semua itu. Tapi ada yang ingin kutanyakan terakhir
kalinya.
"Apakah KPK menjadi tujuan
utamanya?"
"Bukan...," kata
temanku. "Jokowi target utamanya. Dia harus dijatuhkan, bagaimanapun
caranya...."
Kuseruput secangkir kopiku.
Pertarungan Pilpres ke depan akan lebih menantang tampaknya.
Tagar.Id