Berapa sih sebenarnya biaya
paslon supaya dia bisa menang di Pilpres?
Seorang pengamat pernah
mengatakan, bahwa di 2014 ia menghitung biaya untuk melakukan sosialisasi dalam
Pilpres mencapai 7 triliun untuk pasangan calon.
Hitungan itu mencakup gerakan
blusukan ke banyak daerah di Indonesia yang sangat luas, ditambah dengan promo,
membayar media dan banyak lagi. Entah apakah itu sudah termasuk membayar
partai-partai pendukung atau tidak.
Anggap saja itu terlalu besar,
tetapi jika kita ambil hitungan moderatnya sebesar 50 persen itu besar juga
senilai 3,5 triliun rupiah. Uang sebesar itu dibakar dan tidak berharap uang
kembali, karena hilang begitu cepat bagai daun kering terbakar api.
Itulah kenapa muncul ribut-ribut
di koalisi Prabowo Sandi, yang mempermasalahkan kenapa partai koalisi tidak
menyumbang logistik Pilpres?
Berat memang Pilpres 2019 ini
karena bersamaan dengan pemilihan legislatif, dimana masing-masing partai harus
mengeluarkan banyak biaya untuk memenangkan Calegnya ke kursi parlemen. Belum
lagi partai yang belum memenuhi syarat Parliamentary Threshold sebesar minimal
4 persen, mereka harus berjuang sekeras mungkin supaya tidak terlempar dari
Senayan.
Itulah kenapa kedua paslon lebih
banyak menggunakan ide-ide kreatif dalam mempromokan jagoannya masing-masing.
Koalisi Prabowo Sandi lebih banyak memainkan isu daripada turun ke daerah untuk
meminimalkan biaya. Pada posisi ini Jokowi lebih diuntungkan sebagai petahana,
karena dia bisa banyak bergerak ke daerah-daerah dalam bentuk sosialisasi
kebijakan.
Yang paling kreatif sebenarnya
Sandiaga Uno. Dia banyak memainkan gimmick supaya dirinya dikenal. Mulai dari
tempe setipis ATM, petai di kepala sampai jurus bango dia mainkan supaya
dibicarakan media. Hanya antara popularitas dan elektabilitas tidak berbanding
lurus, karena menurut survei bahkan di kalangan milenial saja, Sandiaga Uno
masih kalah dibandingkan KH Ma'ruf Amin yang jauh lebih tua darinya.
Kenapa? Ya, karena KMA punya
basis milenial yang ada di pesantren-pesantren yang banyak dari mereka tidak
bermain di media sosial.
Para pengusaha sendiri
diperkirakan akan bermain aman dengan lebih berat berada pada posisi Jokowi.
Sumbangan mengalir dari para pengusaha yang menjadi jaringan dari Erick Thohir
dan Wahyu Sakti Trenggono yang memang basisnya adalah pengusaha besar.
Kalau melihat hitung-hitungan
ini, kelihatannya Jokowi akan terus memimpin dan memenangkan pemilihan karena
kesempatannya lebih besar. Tapi, itu tentu jika dia tidak melakukan satu
kesalahan yang bisa dijadikan serangan dalam bentuk demo besar. Kita tahu,
bahwa demo-demo itu adalah spesialisasi dari kelompok orang yang berada di
barisan Prabowo.
Begitulah perkiraan analisa
tentang Pilpres 2019 ke depan....
"Sssttt, Bang... mana berita
Vanessa Angelnya??"
"Siapa dia ya?"
"Lha, kalau gak kenal kenapa
namanya dicantumkan di judul??"
"Pancingan aja. Siapa tahu
ada yang kirimkan linknya. Daripada bayar 80 juta, kan lebih murah nonton
aja...."
"Bgsd!" Secangkir kopi
melayang.
Tagar.Id