![]() |
Ilustrasi Jokowi |
Ada momen menarik saat debat
Minggu malam itu.
Ketika menjelaskan tentang
bagaimana ia berjuang supaya rakyat mendapat hak atas konsesi tanah, rakyat
berhak mendapatkan sertifikat, rakyat adat berhak mendapat hak ulayat, mata
Jokowi terlihat merah dan berkaca-kaca.
Rahangnya mengatup keras dan
bicaranya penuh tekanan.
Jokowi seperti mengeluarkan
dendam dalam bentuk pernyataaan dari kenyataan yang selama ini ia dapatkan. Kenyataan
yang ada, ia melihat data bahwa pembagian hak atas konsesi tanah hanya dimiliki
oleh 1% dari seluruh penduduk Indonesia.
Orang-orang super kaya ini
mendapat hak pengelolaan atas tanah sampai ratusan ribu hektar. Dan
"dendam" itu akhirnya ia sampaikan secara verbal kepada lawan
politiknya, Prabowo Subianto, yang ternyata menjadi bagian dari 1% persen
masyarakat itu.
"Saya tahu Pak Prabowo
memiliki lahan yang sangat luas di Kalimantan Timur sebesar 220 ribu hektar.
Juga di Aceh tengah sebesar 120 ribu hektar. Saya hanya ingin menyampaikan
bahwa pembagian-pembagian seperti ini tidak dilakukan pada masa pemerintahan
saya," katanya menahan geram.
Prabowo terdiam tanpa bisa
menjawab. Jokowi sudah memukulnya telak sekaligus membongkar rahasia besarnya.
Dan di akhir acara, Prabowo akhirnya mengakui apa yang Jokowi katakan.
Dalam perjalanan kepemimpinannya,
Jokowi banyak membagikan sertifikat dalam bentuk konsesi lahan kepada
masyarakat. Ia ingin mengubah budaya selama ini bahwa hak atas pengelolaan
tanah hanya bisa dimiliki perusahaan besar. Jokowi ingin rakyat juga menikmati
bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Jokowi memang geram dan sudah
saatnya ia mengubah apa yang selama ini salah. "Kembalikan tanah untuk
rakyat. Mereka berhak atas kekayaan alam yang terkandung di dalamnya,"
begitu pesan yang ia sampaikan.
Sesudah debat itu, hati saya
semakin mantap. Dia adalah orang yang harus saya bela. Tidak ada lagi keraguan
saya di dalamnya.
Sesudah Jokowi menyampaikan pesan
itu, ia kembali duduk dengan "amarah" di dada. Dan saya mengangkat
secangkir kopi untuknya.
Bukan sembarang kopi, tetapi kopi
perjuangan.