![]() |
Grace Natalie |
"PSI ini
partai apa sih ?? Gak jelas gitu !!"
Begitu gerutu
seorang teman yang saya tahu sebenarnya adalah pendukung berat Partai
Solidaritas Indonesia, yang bernomor 11 itu. Dia kecewa dengan iklan Grace
Natalie, Ketum PSI, yang katanya "kaleng kaleng" karena bergaya ABG
tua.
Saya ketawa baca
statusnya. Ah, justru saya suka gaya PSI. Mereka bisa memainkan banyak gaya
tanpa kehilangan soliditasnya.
PSI bagi saya
adalah sebuah tim sepakbola yang lengkap. Mereka punya striker, gelandang, bek
sampai penjaga gawang yang hebat. Banyak nama-nama besar yang tercipta karena
mereka memang pemain handal dibidangnya. Ada Grace, ada Raja Juli Anthony, ada
Tsamara Atsmany, Guntur Romly, Dini Purwono sampai Giring Ganesha.
Saya pernah
menulis, partai itu seharusnya sebuah tim, bukan permainan yang mengandalkan
nama besar seseorang. Dan PSI berhasil membangun kesebelasan yang bukan hanya
bisa bermain Samba Brazil, tetapi juga Tango Argentina, Tiki Taka Barcelona
sampai Total Football Belanda. Tergantung pada situasi apa, dimana bermainnya
dan siapa lawannya.
Benar saja. Sesudah
kemaren keluarkan iklan receh dengan gaya centil manja, PSI tiba-tiba keluar
dengan gaya Full Attack saat Grace Natalie berpidato di Medan tadi.
Grace menyerang
semua partai besar - baik partai koalisi maupun oposisi - yang bermain aman
terhadap intoleransi dan korupsi di negeri ini. Semua. Tanpa terkecuali.
"Ke mana
kalian pada September 2018 ketika Ibu Meliana, korban persekusi yang rumahnya
dibakar pada saat dia dan anak-anaknya ada di dalamnya, justru divonis bersalah
penjara dua tahun oleh pengadilan ??" Raung Grace dengan gaya yang sangat
berbeda ketika ia tampil manis manis manja di iklan partainya.
"Kenapa
kalian bungkam, ketika pada 27 September lalu, tiga gereja disegel Pemerintah
Kota di Jambi karena adanya ancaman dan desakan sekelompok orang? Hanya PSI
yang mengecam. Sedang apa kalian ketika 13 Januari lalu terjadi persekusi atas
jemaat GBI Philadelpia yang sedang beribadah di Labuhan Medan? Kenapa hanya PSI
yang memprotes itu?"
Ibarat striker,
Grace terus menerus menyerang gawang lawan dengan tembakan-tembakan berbahaya
kepada partai-partai gemuk dan lamban yang sudah asyik berada di zona nyaman.
Bagi Grace dan PSI, narasi-narasi intoleransi adalah narasi yang penting saat
ini, disaat banyak partai berlindung dibalik ketakutan tidak dipilih jika
mengguncang komunitas yang merasa benar sendiri.
PSI mungkin
partai baru, tetapi gaya permainannya merubah gaya permainanan politik lama
yang cenderung bermain aman.
Saya jujur
melihat PSI mirip seperti PDI Perjuangan tahun 96 dulu ketika harus bertempur
melawan PDI Soerjadi, bentukan Soeharto waktu itu. Saya sendiri waktu itu di
Bali sampai turun ke jalan memberi semangat kepada Megawati untuk melawan rezim
orde baru.
"PSI kayak
lolos aja. Paling ya kurang dari 4 persen suaranya.." Begitu seorang teman
mengejek dengan nada sinis.
Saya tersenyum.
Justru disanalah kekuatan PSI. Mereka diremehkan, dianggap partai kumpulan anak
muda yang belum matang, dan jika seperti itu, PSI akan bermain tanpa beban.
Mereka akan terus bermain dengan gaya menyerang, mengenalkan dirinya,
ideologinya dan semua yang harus dilakukan.
Saya justru
ingin memberi kesempatan kepada PSI tampil di Senayan tahun ini. Bukan karena
saya suka mereka, tetapi justru ingin menguji mereka, apakah kegarangan PSI
akan seperti sekarang jika mereka sudah berada di kursi empuk dan nyaman ?
Jika mereka
begitu, setidaknya saya punya kesempatan untuk memaki mereka dan berkata,
"Rasain lu. Gua kira singa, ternyata kucing Angora.."
Seruput kopinya.