![]() |
Bachtiar Nasir |
"Keras
kepalanya Prabowo itu bukan tanpa alasan. Ia begitu tidak mungkin tanpa
dukungan. Ingat cerita kita dulu tentang 'monster dibarisan Prabowo' ?
Mereka
sekarang sedang bekerja keras membangun kekuatan narasi supaya halusinasi
kemenangan Prabowo akan semakin menguat di masyarakat awam.
Ini memang
tipikal kerjaan Hizbut Thahrir dan Ikhwanul Muslimin. Cari pemimpin yang
megalomania dan delusional, bangun mimpi dikepalanya bahwa ia adalah seorang
raja yang tidak terkalahkan, lalu support dengan gerakan demo dari kelompok dan
jaringan mereka seolah ini dukungan rakyat.."
Uh, ngeri
juga pikirku.
"Lihat,
nanti akan ada demo-demo kecil dulu dari kelompok mereka yang selama ini
itu-itu aja, yang sebelumnya kumpul-kumpul di Monas. Demo-demo ini tujuannya
untuk menguatkan delusi Prabowo bahwa dialah pemenang.
Prabowo akan
merasakan ada dukungan arus kuat dari masyarakat, padahal itu semu. Lalu ia
memerintahkan gerakan yang lebih besar. Bisa jadi ia akan melobi mahasiswa dan
buruh untuk membangun gelombang baru.."
"Dan
yang senang tentu orang-orang HTI dibelakangnya. Coba perhatikan waktu Prabowo
deklarasi kemenangan kemaren, ada wajah-wajah yang kamu kenal disana dibelakang
Prabowo.
Kepala-kepala
ormas garis keras yang memang ingin mendorong situasi ini sampai ke puncak.
Mereka terus membisikkan kepada Prabowo supaya "perintahkan massa
bergerak, kami akan bergerak".
Itu ciri khas
penghasut. Mereka tujuannya bukan untuk memenangkan Prabowo. Prabowo menang itu
bonus bagi mereka. Hizbut Thahrir sebetulnya menginginkan ada perang saudara.
Besar sekalian jika perlu.
Untuk apa ?
Supaya negeri ini pecah berkeping-keping, dan dari reruntuhan itu mereka
teriak, "Demokrasi telah gagal, khilafahlah solusinya !"
Kopiku
mendingin mendengar ceritanya. "Terus apa yang harus kita lakukan ?"
Tanyaku.
Dia ketawa.
"Beda Indonesia dengan masyarakat Timur Tengah adalah disini kultur
guyonan masih sangat kental. Di Timteng, mungkin karena daerahnya sangat panas,
bawaannya pengen perang.
Karena itu,
jalan terbaik jangan terpancing untuk menggerakkan massa juga ke jalan, sebab
itu yg mereka harapkan. Serahkan semua urusan di lapangan pada polisi dan TNI.
Kita cukup ketawain propaganda kebodohan mereka supaya masy awam tidak melihat
situasi terlalu tegang.
Humor itu
sangat bagus spy investor luar melihat situasi negeri ini tetap aman. Dgn
begitu ekonomi kita tetap stabil dan berjalan. Karena negara yang bisa
mentertawakan ancaman dengan humor sesungguhnya adalah negara yg sangat kuat
pertahanannya.."
Aku seruput
kopi di cangkirku dan membayangkan Indonesia ini seperti desa Galia di komik
Asterix, dimana humor adalah senjata terbaik melawan pasukan Romawi.
Demi Toutatis
!
Mari
kita ikat FadliZonix dan FahriHamzahix ke pohon supaya mereka tidak menyanyi
lagi.