![]() |
Jum'at Agung |
Ketika beredar surat dari Keuskupan
tentang himbauan umat Katolik untuk memilih pada Pilpres 2019 ini, diam-diam
saya menangis..
Tidak sia-sia selama beberapa waktu jauh
sebelum Pilpres berlangsung saya mendatangi beberapa gereja, terutama gereja
Katolik, untuk mengajak mereka memilih di Pilpres kali ini.
Saya jelas khawatir, karena waktu
Pilpres bertepatan dengan hari-hari besar umat Kristen. Dan biasanya pada
hari-hari itu mereka libur ke luar negeri, yang berakibat pengurangan suara
besar-besaran pada hari pemilihan.
Dalam setiap diskusi bersama para Romo
dan dihadapan para jamaah, saya selalu menekankan betapa pentingnya Pemilu kali
ini. Pemilu kali ini lebih bermakna "pertahanan negeri" daripada
sekedar memilih Prabowo dan Jokowi.
Ancaman disintegrasi terlihat jelas di
mata saya. Luasnya pengaruh HTI melalui ormas-ormas radikal dan politikus yang
ingin menguasai negeri, kelak akan membuat negeri ini terpecah. Mereka
menguasai dunia pendidikan dan elemen-elemen penting negeri ini.
Mereka menggunakan massa untuk
melaksanakan nafsu berkuasa mereka. Persekusi dan intimidasi adalah kekuatan
mereka. Bayangkan, bagaimana kita bisa hidup tenang dalam kondisi seperti itu ?
Kekhawatiran itu saya bawa dalam setiap
diskusi. "Mainkan politik kebangsaan, bukan politik praktis. Politik
kebangsaan adalah politik dimana kita bergerak bersama untuk mempertahankan
negeri.." dan semangat yang sama saya bawa setiap menjadi pembicara di
gereja-gereja.
Dan pesan ini ternyata sama dengan pesan
keUskupan. Uskup agung Jakarta, Mgr Ign Suharyo, yang pada Maret lalu,
mengeluarkan pernyataan bahwa umat Katolik harus menggunakan hak pilihnya,
karena hak pilih adalah tanggung jawab iman. Dan narasi ini digaungkan juga
oleh Uskup-uskup lain di seluruh Indonesia.
Ini kurang lebih sama dengan prinsip NU
yang memainkan politik kebangsaan dengan slogan, "Cinta tanah air adalah
sebagian dari iman..". Dan memilih pemimpin yang benar, yang membubarkan
HTI, adalah bagian dari kecintaan pada tanah air.
Selesai sudah. Jokowi kembali memimpin
negeri ini.
Dan PR terbesar beliau adalah menjaga
bagaimana konsep Bhinneka Tunggal Ika bukan lagi hanya slogan, tetapi sudah
menjadi penerapan kebangsaan. Kelak tidak ada lagi konsep mayoritas minoritas
yang membelah kita semua. Karena kita semua sama, sama-sama anak bangsa.
Selamat merayakan Jumat Agung,
saudara-saudaraku umat Kristiani. Terimakasih atas perjuangan bersama menjaga
negeri.
Salam secangkir kopi..
"Mereka yang bukan saudaramu dalam
iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan”.