![]() |
Mo Salah |
'Setiap kali
dia bikin gol, saya langsung menjadi muslim.."
Begitu
teriakan seorang suporter Liverpool, klub sepakbola profesional dari Inggris
ketika berbicara tentang Mo Salah. Ini hanya ungkapan metafora saja dengan
perasaan euphoria, bukan secara nyata suporter Inggris yang terkenal beragama
bola itu langsung jadi mualaf.
Mo Salah dengan sadar menjadi pendakwah Internasional dengan keahliannya menggiring bola. Ia tidak perlu memakai gamis dengan jenggot panjang dan jidat menghitam beserta seruan ayat-ayat untuk mengenalkan agamanya kepada dunia. Ia cukup bermain cantik dan produktif sehingga siapapun akan bangga terhadapnya terlepas dari apapun agamanya
Mohamed Salah
Ghaly atau Mo Salah memang menakjubkan. Striker kebanggaan Mesir dan sekarang
merumput di Liverpool ini sudah menjadi ikon bagi para penggila bola disana.
Orang
Liverpool sangat tahu Mo Salah beragama Islam, dan itu ternyata mempengaruhi
mereka. Hasil riset dari Stanford University menunjukkan, sejak Mo Salah gabung
di Liverpool tahun 2017, kriminalitas terhadap muslim disana turun sampai
hampir 19 persen.
Bahkan
menurut Stanford, kebencian terhadap Islam (Islamophobia) dari fans Liverpool
di Twitter, turun drastis menjadi 50 persen.
Stanford
University menemukan bahwa faktor kebanggaan warga Liverpool terhadap pemain
berusia 26 tahun dengan skor 71 gol dari 104 pertandingan itu menjadi penyebab
utama turun drastisnya kebencian terhadap Islam disana.
Kebencian
terhadap agama Islam sebelumnya tinggi sekali di Liverpool. Itu karena
dipengaruhi oleh kejahatan ISIS dan para radikal yang malas dan berisik meski
minoritas dan sibuk mengkafir-kafirkan penduduk sana. Tetapi sejak ada Mo Salah
yang bahkan membawa Liverpool juara, kebencian itu turun drastis.
Mo Salah
membawa kecintaan kepada mereka. Hilang sudah stereotip bahwa Islam sebagai
agama teroris dengan gol-gol indahnya Mo Salah dan kemampuannya merendahkan
hati di depan para pengagumnya.
Mo Salah
dengan sadar menjadi pendakwah Internasional dengan keahliannya menggiring
bola. Ia tidak perlu memakai gamis dengan jenggot panjang dan jidat menghitam
beserta seruan ayat-ayat untuk mengenalkan agamanya kepada dunia. Ia cukup
bermain cantik dan produktif sehingga siapapun akan bangga terhadapnya terlepas
dari apapun agamanya..
Apa yang
dilakukan Mo Salah seharusnya menampar keras mereka yang menamakan diri mereka
"ustad" atau "ulama" yang sibuk menjual ayat demi
kepentingan sesaat. Apalagi mereka yang menjual jargon "cucu Nabi"
supaya bisa membeli Rubicon dan bisa dapat empat istri supaya orang mau
mengakui.
Apa yang bisa
kita ambil dari pelajaran diatas?
Bahwa
berdakwah bisa dengan cara apa saja, bahkan tidak perlu banyak kata apalagi
pake teriak-teriak dengan toa. Cukup dengan menunjukkan siapa diri kita maka
mereka akan menghargai dari apa yang kita lakukan.
Agama Islam
sempat dipandang tinggi pada masa Ibnu Sina, Al Khawarizmi yang mengenalkan
konsep Aljabar dan Algoritma, Ibnu Khaldun dan banyak lagi ketika para ilmuwan
itu memperkenalkan agama mereka dengan keilmuan, bukan dengan teriakan caci
maki, mata memerah dan hidung mendengus layaknya sapi yang sudah lama dikebiri.
Sekarang masa
kejayaan itu sudah hilang diganti dengan banyaknya bom bunuh diri. Agama Islam
masa kini pemeluknya semakin besar, tetapi -sialnya- banyak yang otaknya
semakin mengecil, karena jarang dipakai untuk mengkaji.
Kalau Mesir
punya Mo Salah, Indonesia punya Mo Kabur.. Sama2 berprestasi di dunia
Internasional. Cuman satu di Liverpool, satunya di Saudi. Satunya pemain bola,
satunya lagi pelari.. Pengen
seruput kopi..