![]() |
Teroris ISIS |
DennySiregar.id, Jakarta - Belasan orang
dieksekusi. Tangan mereka diikat ke belakang dan kepala mereka satu persatu
dihunjam timah panas. Ada juga yang digorok lehernya.
Kejadian ini
dilakukan di sekitar masjid di Raqqa, Suriah oleh kelompok Islamic State atau
ISIS. Korban adalah warga sekitar yang tak berdosa, yang diambil secara acak
karena dianggap tidak mau berbaiat. Ada juga yang karena kesalahan sepele
dianggap menyinggung anggota mereka.
Mayat-mayat
mereka dikumpulkan di halaman masjid dan divideokan dengan narasi bahwa inilah
korban Presiden Suriah Bashar Assad. Video itu kemudian diupload ke Youtube
untuk memperbesar kebencian pada pemerintahan yang sah.
Membaca apa
yang terjadi pada Ninoy S Karundeng, pegiat medsos sekaligus pendukung Jokowi,
saya bergidik. Teringat sekian tahun lalu saat ISIS masih berkuasa di Suriah.
Ninoy
dipersekusi, dipukuli habis-habisan bahkan oleh ibu-ibu pengajian disana.
Belum
selesai, datang seseorang yang dipanggil "habib" kemudian berbicara
untuk membunuh Ninoy dengan kapak. Mayat Ninoy rencananya akan diangkut oleh
ambulans dan dibuang ditengah-tengah kerumunan demonstran. Narasi yang
dipersiapkan apalagi kalau bukan korban kekerasan polisi.
Untung
ambulans tidak datang. Rencana itu gagal karena tidak terpikir bagaimana nanti
mengangkut mayatnya.
Semua
pembicaraan dan rencana itu dilakukan dalam sebuah masjid. Tempat yang
seharusnya menjadi tempat ibadah yang tenang dan khusuk. Ninoy juga muslim,
sama seperti mereka. Sama-sama shalat, sama-sama puasa. Bedanya adalah Ninoy
pendukung Jokowi, sedangkan mereka adalah pembencinya.
Pihak Dewan
Keluarga Masjid DKM tempat Ninoy dianiaya buru-buru membantah. Mereka bilang
"menyelamatkan" Ninoy dari amukan massa. Sebuah cerita yang tidak
masuk akal, karena Ninoy disiksa di dalam masjid berjam-jam, bahkan tidak ada
seorangpun yang tergerak untuk menelpon polisi.
Sadis dan
barbar. Itulah yang ada dalam pikiran kita semua membaca kisah penculikan dan
penganiayaan Ninoy S Karundeng itu. Pola-pola ISIS itu dikembangkan disini, di
sebuah masjid di ibukota Indonesia bernama Jakarta.
Ini sudah
bukan lagi intimidasi dan persekusi. Ini sudah mengarah ke potensi pembunuhan
berencana. Sebuah aksi terorisme untuk menimbulkan dampak ketakutan dan
kepanikan dengan mengorbankan nyawa.
Dan dari para
pelaku yang ditangkap termasuk menjadi saksi, kita mengenalnya dengan nama
organisasi yang selama ini mereka kibarkan, yaitu FPI dan PA 212. Mereka mereka
lagi. Para preman yang bersembunyi dibalik jubah agama. ISIS juga begitu.
Sembunyi dibalik jubah agama supaya tampak sedang berjuang di jalan yang suci.
Dan mereka
tidak berada jauh disana, di Suriah. Tapi ada di halaman rumah kita sendiri.
Menjadi tetangga bahkan mungkin karyawan di pabrik kelompok yang mereka benci.
Sekarang
Ninoy. Entah besok siapa. Mungkin anda. Mungkin saya. Mungkin anak kita.
Tanpa gerakan
sosial untuk membubarkan kelompok mereka, menghukum seberat-beratnya para
pengancam yang ingin menghilangkan nyawa manusia dan tanpa pernah dilabeli
sebagai organisasi teroris, mereka akan tetap ada.
Dan tetap
mereka merasa tidak bersalah. Terus berkelit seolah-olah tangan mereka bersih
dari darah.
Hari ini
Ninoy. Entah besok siapa. Apakah menunggu negeri ini dikuasai mereka seperti
yang pernah terjadi di Suriah?
Mau seruput kopi, tetapi gigi ini gemeletuk. Geram
rasanya..