![]() |
Susi Pudjiastuti |
DennySiregar.id, Jakarta - Sebenarnya sejak
awal saya sudah menduga bahwa bu Susi Pudjiastuti tidak akan lagi masuk kabinet,
hanya perasaan suka saya padanya yang mencoba menjauhkan bayangan itu.
Kenapa saya
suka? Mungkin lebih karena kepribadian bu Susi yang bebas dan merdeka. Dia
adalah satu-satunya Menteri yang tidak perlu jaim dengan penampilan. Lah,
ngapain harus jaim? Dia pengusaha sukses jauh sebelum jadi Menteri.
Dan bu Susi
yang pertama kali mendobrak dengan menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan
asing. Ia menjadikan penenggelaman itu sebagai show pribadinya.
Bu Susi
memang punya tim PR yang ciamik. Berita itu heboh dan muncul slogan baru,
"Tenggelamkan!".
Ia juga ahli
memainkan twitternya. Dikelolanya sendiri akun pribadinya, sehingga rakyat
semakin dekat padanya.
Tetapi apakah
yang terjadi di perikanan sama cantiknya dengan apa yang dilihat masyarakat
luas?
Suara keluhan
datang dari Kamar Dagang Industri atau Kadin yang mengeluhkan lambatnya ijin
operasi kapal sehingga nelayan tidak bisa maksimal beroperasi. Bagi nelayan itu
kerugian besar, karena mereka lebih sibuk mengurus administrasi daripada
mendapat keuntungan di lautan.
Selain itu,
keluhan datang dari nelayan yang susah menjual ikannya. Disisi berbeda, pabrik
pengolahan perikanan mengeluh kekurangan bahan baku.
Dalam artian
sederhana, secara pembangunan infrastruktur di sektor perikanan, Susi dinilai
gagal sehingga terjadi gap antara satu daerah dengan daerah lainnya. Daerah
yang banyak ikan ga bisa jual ikan, daerah yang kurang ikan makin tidak
sejahtera.
Ketimpangan
itu membuat pendapatan kita dari sektor ikan tidak optimal. Padahal, di sektor
inilah salah satu kekayaan Indonesia.
Selain itu,
bukan rahasia lagi bahwa Susi tidak bisa bekerjasama dengan LBP sebagai Menko.
LBP minta Susi setop penenggelaman kapal dan fokus pada peningkatan
kesejahteraan nelayan, tapi Susi masih tetap asyik disana.
Dan inilah
yang jadi kelemahan Susi, karena lebih suka memainkan PR bagi dirinya daripada
bekerja lebih luas mensejahterakan sektornya.
Dan puncaknya
adalah ketika Susi membatalkan reklamasi teluk Benoa. Kebijakan ini dilakukan
Susi saat masa transisi, dimana Jokowi sudah mengeluarkan larangan untuk
membuat kebijakan apapun. Susi dinilai membangkang dan ini tidak baik bagi
koordinasi yang membutuhkan kerjasama tim.
Intinya, Susi
sukses di fase pertama dalam menangani pencurian, tapi gagal di fase berikutnya
dalam masalah kesejahteraan. Ditambah koordinasi yang kurang karena Susi
terlalu independen, merah di rapor Susi terlalu banyak.
Jadi akhirnya
saya harus bisa memisahkan kesukaan saya pada pribadi Susi dengan catatan hasil
kinerjanya. Susi itu Menteri yang Instagrammable, tapi penilaian hasil kerja
berbeda.
Meskipun
begitu, saya tetap kehilangan pribadinya yang ceria yang menjadi hiburan
ditengah kesibukan. Sudah tidak ada lagi foto Susi ditengah laut sendirian,
ataupun ia dengan sebatang rokok ditangan, ataupun ketika ia sedang nongkrong
dengan tato di kakinya yang kelihatan.
Saya
kehilangan Susi secara pribadi...
Bu Susi, salam cinta dari saya yang mengagumi
kepribadian anda. Seruput kopinya..