![]() |
Shadow Commander |
Jakarta - Ketika Bashar
Assad Presiden Suriah menghadapi pemberontakan di negaranya, seorang Jenderal
datang ke Suriah.
Dia Qassem
Soleimani, seorang Jenderal dari Iran, yang ditakuti sekaligus dihormati oleh
Amerika. Qasem dijuluki The Shadow Commander oleh militer Amerika karena selalu
ada dimana-mana menghalangi pergerakan mereka.
Bashar menolak bantuan dari Iran, karena khawatir isu
sektarian Sunni vs Syiah akan semakin dimanfaatkan musuhnya untuk kobarkan
perang di negara itu.
Ketika ISIS masuk dengan bantuan pasokan dari negara
barat dan negara teluk, Bashar mulai kewalahan. Dia lalu menghubungi Qasem.
Pintarnya, untuk menghindari konfrontasi sektarian,
Qasem datang ke Rusia, menghubungi Vladimir Putin, menawarkan Rusia untuk
berada didepan perang melawan ISIS.
Putin setuju, karena dia dan Rusia sedang butuh citra
dimata dunia. Maka dikirimkanlah pasukan dari Rusia, menghalau ISIS. Dan
Amerika terdiam menghindari konfrontasi langsung dengan Rusia karena berbahaya.
Tanpa strategi Jendral Qassem Soleimani, mungkin ISIS
berhasil menguasai Suriah dan akan melebarkan sayapnya sampai ke Asia.
Peran besar Qassem Soleimani inilah yang membuat
petinggi di Amerika marah besar karena menghalangi langkah besar mereka. Qatar
juga ngamuk karena merekalah yang mengeluarkan uang ribuan triliun rupiah demi
perang Suriah supaya bisa menguasai jalur pipa gas disana.
Gagal di Suriah, Amerika mulai ingin menguasai Irak
kembali.
Sebelumnya mereka berhasil menghancurkan Saddam, tapi
tidak berhasil menguasai Irak, karena - sekali lagi - peran Qassem Soleimani.
Kali ini AS tidak mau kecolongan seperti di Suriah.
Mereka mengincar pergerakan Qasem di Irak, dan ketika berhasil menemukan keberadaannya
- tentu dengan bantuan penghianat - AS meluncurkan misil jarak jauh.
Qassem Soleimani tewas. Kesedihan membara di seluruh
Iran dan Irak.
Dan ini berita yang mengkhawatirkan bagi AS, terutama
bagi Israel. Israel langsung bersiap diri menghadapi serangan Hezbullah, faksi
Iran yang berlokasi di Lebanon.
Timur tengah akan makin membara. Sesudah Suriah, Irak
bisa jadi medan perang besar kedua antara dua kubu, barat dan timur. Dan
suasana panas ini akan juga didominasi isu Sunni vs Syiah di Indonesia.
Lalu beberapa pihak akan sibuk dgn tagar #saveIrak dan
donasi bertebaran dimana-mana. Kadal gurun akan kembali demo dimana-mana
terprovokasi propaganda..
Fiuh.. Tahun 2020 dimulai dan kita dihadapkan pada
situasi perang global sekaligus cuaca ekstrim yang akan melanda..
Seruput kopinya..