![]() |
Berita Rohis Paksa Siswi Pakai Hijab |
Jakarta -
Jadi inget waktu putriku awal masuk SMA negeri.. Setiap hari
dia pulang sekolah mengeluh karena selalu disindir teman - bahkan gurunya,
"Muslim kok gak pake jilbab ?". Dia terus bertanya, "Memangnya
aku harus pake jilbab? Kenapa kalau aku gak pake jilbab?".
Aku ketawa
aja setiap dia nanya gitu. Jadi ingat teman2 wanitaku dulu SMP dan SMA tahun
80-90an tidak ada satupun yang pake jilbab. Mereka teman bermain yang asyik.
Sekarang
rata-rata sudah pada berjilbab, karena udah pada ibu-ibu. Ada yang masih asyik,
ada yang udah agak ekstrim2 gitu..
Asyiknya dulu
itu, ga kelihatan mana teman yang muslim, mana yang Hindu, mana yang Kristen.
Semua sama, seragam putih biru dan putih abu-abu.
Tapi zaman sekarang
beda. Mulai kelihatan ada eksklusifitas, terlihat apa agamanya dari pakaiannya.
Dari situ mulai terkotak-kotak pergaulannya. Yang non muslim menghindar dan
masuk sekolah swasta, karena rasanya itu sudah bukan sekolah negeri, tapi
sekolah agama.
Aku tahu
putriku resah, karena tekanan sosial. Sindiran bagi anak seusia dia memang
beban yang berat.
Jangankan
dia, banyak yang udah ibu-ibu juga pake jilbab karena tekanan sosial, setiap
arisan disindiri "semoga dapat hidayah..". Akhirnya pake, "biar
sama.." katanya. Dan, "biar gak ribet harus jawab kalau
ditanya-tanya.."
Aku ajak
putriku duduk disampingku, lalu kuajak ngobrol.
"Manusia
itu harus punya prinsip.." Kataku. "Kamu jangan pernah jadi karakter
pengikut, yang hanya jadi buntut. Terombang-ambing karena tidak punya
pengetahuan, dan akhirnya ikut-ikutan tanpa dasar. Pakailah jilbab, kalau kamu
nyaman. Tidak usah pakai kalau kamu tidak berkenan.. "
"Aku
diketawain mereka.." Keluhnya.
Aku senyum.
"Mereka ketawa karena kamu berbeda. Ketawalah, karena mereka semua
sama.." Putriku dapat poinnya.
Akhirnya dia
tidak berjilbab sebagai bagian dari pemberontakan terhadap tekanan sosial. Dia
menjadi satu-satunya siswi muslim yang tidak pake jilbab di sekolah. Dimarahin
gurunya, dia cuek. Disindir teman2nya, dia mana perduli.
Dan itu
berpengaruh besar pada perkembangan karakternya. Dia jadi mandiri, tangguh, dan
leader dalam kelompoknya. Orang yang punya prinsip, tidak sekedar ikut arus dan
tampil beda.
Dan itu
terbawa sampai dia dewasa. Masuk Universitas Negeri terkenal dan sibuk mendaki
gunung mencari jati dirinya. Putriku yang dulu manja, terbentuk oleh situasi
disekitarnya.
Dan ketika
saya membaca berita, seorang bapak bernama Agung Purnomo, orangtua seorang
siswi di SMA Negeri Sragen, yang mendatangi sekolah anaknya karena diteror oleh
rohis sekolah hanya karena tidak mau berjilbab, saya bertepuk tangan..
Kalau bukan
kita sebagai orang tua yang melindungi anak kita dari serangan tekanan sosial
seperti itu, siapa lagi yang bisa?
Melawanlah.
Kita orang tua yang punya hak memasukkan konsep-konsep kehidupan pada anak
kita. Bukan rohis. Bukan orang-orang yang tidak kita kenal konsep berfikirnya.
Jadi seperti apa anak kita kelak, tergantung cara kita mendidiknya..
Seruput kopinya?