![]() |
Virus, Corona |
Jakarta - Tahun 2019,
selama sebulan ada 13 ribu lebih orang kena penyakit demam berdarah.
133 orang
meninggal. Itu hanya bulan Januari saja.
Bulan Januari
2020, ada 1.300 lebih kasus demam berdarah di Indonesia. 12 orang meninggal.
Tapi kenapa
kita tidak panik, borong belanjaan di supermarket, lalu persiapan beli obat
nyamuk berkarton-karton supaya tidak terkena?
Kita belum
bicara tentang jumlah kematian karena stroke dan jantung yang disebut sebagai
pembunuh nomer satu didunia. Apalagi bicara tentang kematian karena kecelakaan
di jalan raya.
Tapi kenapa
kita biasa-biasa saja? Tetap makan soto betawi di pinggir jalan, tetap
ugal-ugalan di jalan. Tidak ada kepanikan apa-apa, atau setidaknya
mengingatkan, "Hati-hati, teman.. Jangan olahraga terlalu keras dan makan
makanan berlemak!".
Beda dengan
virus Corona. Baru dengar 2 orang positif kena virus saja, langsung panik dan
belanja masker dengan harga berlipat, menimbun beras seolah mau kiamat dan
mengurung diri di rumah takut ketularan.
Dimana
perbedaannya antara DBD, stroke dan jantung, kecelakaan dan virus Corona?
Perbedaannya
ada di benak kita.
Setiap hari
kita diasupi berita meninggalnya sekian orang di China, di Iran, di Italia dan
dimana-mana. Lalu ada berita orang-orang jatuh, lalu mati di pinggir jalan.
Semua terbangun menjadi satu dalam otak, dan terbangun kesimpulan, "Virus
Corona sangat mematikan.."
Lalu ketika
mampir ke negara kita, kita ikutan panik luar biasa. Padahal angka kematian
dari penyakit lain di negara kita lebih gila..
Biasa
sajalah. Tetap waspada tapi tidak perlu paranoid berlebihan. Panik biar
"seperti orang-orang". Percayakan pada pemerintah, gak perlu sibuk
menyebarkan isu tanpa keterangan.
Saya pernah
ngobrol dengan seorang intelijen.
"Teroris
itu hanya membunuh beberapa orang. Tapi efek ketakutannya bisa membunuh jutaan
orang, bahkan ratusan juta dalam bentuk merosotnya nilai mata uang, pariwisata
lumpuh dan ekonomi anjlok sehingga banyak karyawan dirumahkan.
Itulah
pembunuh terbesar, yaitu persepsi liar.
Dibutuhkan
ketenangan dalam menghadapi masalah, supaya efeknya tidak merambat
kemana-mana..". Seruput
kopinya..