![]() |
Jokowi |
Jakarta - "Pak
Jokowi lambat amat tangani Corona. Lihat tuh, Anies.. Cepat banget
bereaksi.."
Begitu saya
lihat status seorang teman.
Setahu saya
dia dulu bukan pendukung Anies Baswedan, tapi kali ini langkah Anies dengan
menutup sekolah selama dua pekan dia anggap sebagai langkah tepat. Apalagi
Jokowi dianggapnya sangat lambat menangani pencegahan.
Saya sendiri
bingung membaca statusnya.
Apa yang
dilakukan Jokowi sama apa yang dilakukan Anies jelas beda, terutama dalam skala
prioritasnya. Anies cuman Gubernur, ngawasin Jakarta doang, sedangkan Jokowi
Presiden, harus berfikir seluruh provinsi yang ada.
Kalau Jokowi
mau berfikiran seperti Anies sih gampang aja buat dia.
"Indonesia
LOCKDOWN.. semua kegiatan diliburkan sampai batas waktu yang tidak
ditetapkan.."
Konferensi
pers didepan media, dan berharap dapat tepuk tangan dari mereka yang menganggap
bahwa Jokowi adalah Presiden yang tanggap bencana.
Tapi apa
kelak yang terjadi kemudian ?
Pasar
crashed. Saham rontok. Ekonomi anjlok. Produksi berhenti. Distribusi makanan
mampet. Harga bahan pokok menggila. Orang2 kelaparan. Chaos. Dan lain2. Dan
lain2.
Anies mikir
gini ?
Ngga.
Dia cuman
mikir bagaimana dapat tepuk tangan sebagai Gubernur paling tanggap bencana.
Kerjanya berisik, semua harus pake media. Tapi penanganannya juga gak maksimal.
Malah, terakhir diumumkan virus Corona menyebar lewat KRL Jakarta - Depok -
Bogor, eh gak berapa lama diralat, "Maaf, itu cuman simulasi.." Kan
taaeeee...
Jokowi sudah
benar. Poin pertama ketika ada kemungkinan bencana adalah meredam kepanikan.
Informasi tidak seenaknya disebarluaskan, karena malah memunculkan hoax berisi
ketakutan dimana-mana.
Tapi dibalik
semua itu dia kerja keras..
Dia bentuk
tim bersama BIN, Polri dan TNI. Data sebaran Corona dipegang. Sebelumnya bahkan
pemerintah pusat sudah membangun tempat isolasi Corona di pulau Seribu sejak
bulan lalu.
Tapi virus
Corona ini memang sebarannya gila-gilaan. Terutama karena banyak yang dari luar
negeri datang ke Indonesia, tanpa sadar membawa virus dan menyebarkan
dimana-mana. Makin beratlah kerja pemerintah pusat.
Karena itu
dibuatlah tim tanggap cepat Corona, dipimpin oleh Doni Monardo kepala BNPB,
membawahi BIN, Polri dan TNI.
Belum selesai
kerja, eh WHO maksa Jokowi harus umumkan darurat nasional. Mirip saat Jokowi
dulu disuruh bikin status darurat nasional waktu bencana di Palu.
WHO enak,
kerjanya cuman maksa doang. Tapi mereka tidak mau tanggung jawab dampak
lanjutan di Indonesia, jika diumumkan status darurat nasional. Dan Jokowi,
seperti biasa keras kepala. "Enak aja, gua yang tahu kondisi
lapangan.."
Jadi bisa
bayangkan, tekanan seorang Presiden dalam situasi ini. Bukan saja dari dalam
negeri, luar negeri juga menekan gila2an.
Jadi
tolonglah, jangan bandingkan kerja Gubernur dengan kerja Presiden. Gak layak.
Gak "Sugik to Sugik" bahasa kerennya.
Jokowi tidak
perlu pencitraan. Dia perlu kerja yang benar, benar-benar kerja. Bukan kerja
sebentar, banyak berkata-kata.
Apresiasi
pada apa yang dilakukannya itu penting. Dan yang paling penting untuk di
"lockdown" adalah pikiran sempit kita. Bahwa kepanikan tidak
membuahkan apa2, hanya memunculkan orang yang memanfaatkan rasa itu demi
keuntungan pribadi belaka.
Seruput
kopinya?